Dark/Light Mode

DPR Dukung Menteri Bahlil Kawal Investasi Jumbo Pabrik Baterai Senilai Rp 135 Triliun Di Bantaeng

Kamis, 1 Juni 2023 19:02 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (Foto: Ist)
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Komisi VI DPR RI Muhammad Sarmuji mendukung langkah Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengawal kerja sama dengan Inggris. 

Negeri Union Jack itu berencana akan menanamkan investasi jumbo sebesar Rp 135 triliun, di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, untuk membangun pabrik baterai.

Hal itu juga sudah sesuai perintah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar sektor tersebut dalam dilakukan percepatan pembangunan.

“Bagus, harus dikawal, kita sudah punya pengalaman juga ‘Janji-janji Joni’ dari negara lain atau perusahaan besar, jadi pemerintah harus betul-betul memastikan bahwa wacana itu betul-betul bisa dieksekusi bukan sesuatu yang memberi madu di depan itu,” ujar Sarmuji, Kamis (1/6).

Politisi dari Partai Golkar itu menyampaikan, jika benar-benar serius ingin berinvestasi, maka pemerintah harus memberikan sejumlah insentif yang menarik bagi investor agar proyek tersebut dapat terwujud.

Baca juga : BSI Gaet SMI Beri Pembiayaan Infrastruktur Syariah Senilai Rp 1,25 Triliun

“Masuk atau tidak terus seberapa serius calon investornya. Kalau pun mereka serius, fasilitas apa yang bisa kita berikan sehingga mereka betul-betul mau menginvestasikan uang yang begitu besar ke Indonesia di Bantaeng khususnya,” urainya.

“Karena uang sebesar itu pasti mereka memerlukan syarat-syarat biasanya ada syarat infrastruktur atau kemudahan-kemudahan yang lain dalam bentuk tax holiday atau apa itu dipastikan saja, di-clearkan sejak awal supaya nanti investasi sebesar itu betul-betul terealisasi,” sambungnya.

Lebih lanjut Sarmuji mengatakan, upaya pemerintah membangun ekosistem kendaraan listrik sudah tepat, pasalnya tren penggunaan kendaraan listrik akan semakin meningkat ke depan.

Sarmuji berharap, pemerintah dapat konsisten menerapkan kebijakan tersebut agar memberikan kepastian kepada investor bahwa Indonesia adalah negara yang berpotensi sebagai produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia.

"Sebenarnya langkah pemerintah sudah bagus untuk menciptakan ekosistem vehicle berbasis baterai misalkan dengan cara membangun smelter di Indonesia, industri-industri pelengkap untuk terjadinya vehicle itu mulai sudah mulai dilengkapi termasuk industri turunannya sudah dimulai dibangun di Indonesia," ucapnya.

Baca juga : Menteri Bahlil Ajak Pengusaha AS Investasi Ke Tanah Air

"Tapi itu perlu kebijakan yang konsisten kalau kebijakan itu nanti on off timbul tenggelam pasti ekosistem itu tidak akan tercipta," sambung Sarmuji.

Untuk mewujudkan ekosistem baterai kendaraan listrik ini, Sarmuji mengatakan butuh kerja keras yang luar biasa, karena sektor tersebut merupakan industri strategis maka perlu diperkuat dan didukung oleh semua pihak.

“Industri yang memang harus diperkuat oleh pemerintah kenapa diperkuat? karena kita punya sisi jangka panjang bahwa industri ini adalah industri strategis yang berdasarkan Kompetitifnes dari Indonesia, jadi harus diperkuat,” tukas Sarmuji.

Sebelumnya, Bahlil Lahadalia telah melaporkan kepada Presiden Jokowi bahwa Inggris berminat untuk berinvestasi ke Indonesia dengan membangun proyek industri baterai listrik dengan nilai investasi sebesar Rp 135 triliun.

"Baru kami melakukan rapat dengan bapak Presiden beserta beberapa anggota kabinet, Menteri, dan Direktur Utama Antam membahas tentang investasi Inggris yang ada di Indonesia terkait percepatan dalam membangun ekosistem baterai mobil," ujar Bahlil.

Baca juga : SKK Migas Genjot Investasi Eksplorasi Hingga Rp 45 Triliun

Bahlil mengungkapkan investasi Inggris akan membangun pabrik battery cell dengan kapasitas 20 gigawatt di Bantaeng. Pembangunan pabrik dilakukan oleh perusahaan Inggris EVision, perusahaan Swiss Glencore, perusahaan Belgia Umicore, dan PT Antam dari Indonesia.

Total investasinya kurang lebih sekitar 9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 135 triliun (kurs Rp 15.000). Bahlil menjelaskan, pabrik baterai yang akan dikebut di Bantaeng akan dibangun pada kawasan industri dengan sumber energi bersih, tepatnya dengan energi tenaga angin.

"Investasi ini akan dibangun dalam kawasan industri yang green energy, yang akan memakai tenaga angin di Sulawesi di Bantaeng. Ini segera akan kita lakukan, kemudian ada tambang nikelnya dari Papua dan prosesnya sekarang lagi berjalan," papar Bahlil.

"Kalau bisa kita percepat kita lakukan ini investasi pembangunan baterai mobil merambah sampai battery cell," pungkas Bahlil.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.