Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Jangan Susahkan Rakyat Di Saat Pandemi
Senayan Minta Importir Alkes Covid-19 Ditertibkan
Senin, 13 Juli 2020 06:31 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Anggota Komisi IX DPR, Rahmad Handoyo mendesak pemerintah segera menertibkan para importir Alat Kesehatan (Alkes) penanggulangan wabah Covid-19.
Tujuannya, agar para importir tersebut tidak aji mumpung mengeruk untung di tengah masa pandemi.
“Pemerintah harus menertibkan para importir agar mereka tidak seenaknya saja memainkan harga. Kalau pemerintah abai, ujung-ujungnya masayarakat juga yang terbebani,” kata Rahmad dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Politisi PDI Perjuangan ini menyarankan, agar tingginya biaya penanganan Covid-19 yang kerap dikeluhkan masyarakat ini tidak semakin semrawut. Dia juga berharap hendaknya Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dan Kemenkes duduk bersama mencari jalan keluar dari permasalahan ini.
“Kementerian Kesehatan, Tim Gugus duduk bersama. Panggil importir untuk mencari solusi. Mereka (importir) enak-enak mencari keuntungan. Negara memberikan legalisasi untuk importir, tapi dijual kepada rumah sakit dengan harga seenaknya gitu. Kan kasihan rakyat,” katanya.
Baca juga : Gaji Guru Honorer Masih Rp 200 Ribu
Legislator asal Boyolali, Jawa Tengah ini berharap kebijakan pemerintah menetapkan biaya rapid test hanya Rp 150 ribu, juga diikuti dengan kebijakan yang sama terhadap biaya tes PCR (polymerase chain reaction).
“Kita mensinyalir, masih tinggi dan beragamnya biaya tes PCR yang dipatok masing-masing rumah sakit, juga tidak terlepas dari permainan para importir. Karena itu, sejak awal saya katakan, pemerintah harus hadir full power agar tidak ada pihakpihak yang serakah, mengeruk keuntungan yang tak wajar ditengah pandemi ini,” katanya.
Masih terkait tingginya biaya tes PCR, Rahmad Handoyo mengatakan, sebaiknya yang melakukan impor reagen- bahan kimia yang digunakan untuk tes PCR, dilakukan oleh Gugus Tugas. Sebab mahalnya impor reagen kerap dijadikan alasan untuk menerapkan harga tinggi dalam melakukan tes PCR.
Diungkapkan Rahmad, saat ini ada disparitas harga yang menyolok yang dipatok masingmasing rumah sakit. Ada yang memasang tarif Rp 900 ribu dan ada juga yang mencapai Rp 3 juta.
“Kalau impor reagen dilakukan oleh pemerintah, tentu biaya yang diberlakukan dimasingmasing rumah sakit bisa dikontrol. Beda bila impor dibebaskan kepada pihak swasta. Mereka bisa mematok harga seenaknya, sehingga rumah sakit juga harus mengikuti harga yang ditentukan para importir,” katanya.
Baca juga : Bos Komisi IV: Rapat Bareng Kementan Bawaannya Ribut
Seperti diketahui, akibat langkanya Alkes dalam penanggulangan Covid-19, pemerintah lewat Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 34 memberikan kebebasan kepada perusahaan swasta untuk mengimpor Alkes baik APD, masker, reagan dan sebagainya.
Kalau sebelumnya terbatas pada tujuan non komersial, maka dengan PMK 34 ini malah diberi kebebasan termasuk untuk tujuan komersial. Misalnya importir umum mengimpor APD untuk dijual di pasar.
Sementara, ahli Farmakologi dan anggota American College of Clinical PharmacologyAmerika Serikat berkebangsaan Indonesia, Prof Taruna Ikrar angkat bicara soal kondisi kenormalan baru dan potensi BUMN di tengah pandemi dan pemulihan ekonomi nasional.
Memang, kata dia, Covid-19 atau virus corona telah menjadi ancaman nyata dalam kehidupan penduduk dunia. Bukan hanya berupa ancaman kesehatan dan jiwa, tapi juga ancaman resesi ekonomi global yang sangat mengkhawatirkan.
“Berdasarkan laporan International Monetary Fund (IMF), pandemi corona virus telah menyebabkan kerusakan yang lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya. IMF menjelaskan bahwa ekonomi global akan menyusut tahun ini sebesar 4,9 persen. Dalam resesi ini, tak satupun negara yang lepas dari persoalan ini, termasuk negara adidaya seperti Amerika Serikat,” jelas Taruna.
Baca juga : Komisi V DPR Desak Pemerintah Lakukan 4 Hal Soal Tapera
Taruna sedianya pagi ini akan menjadi pembicara dalam acara “Ngopi Pagi Bersama Redaksi Rakyat Merdeka” bertajuk Wabah Tak Kunjung Berakhir, Obat Covid-19 Made In Indonesia Mungkinkah?.
Sebelumnya Taruna mengatakan, ekonomi Amerika Serikat yang merupakan ekonomi terbesar di dunia pun, dipastikan akan terkena dampak dari resesi global dan diperkirakan akan mengalami penyusutan sebesar 8 persen.
Negara-negara yang menggunakan mata uang tunggal Eropa-pun menuju penurunan lebih dari 10 persen. Sementara Jepang akan mengalami kemerosotan sebesar 5,8 persen. Demikian pula Indonesia, dipastikan akan mengalami pukulan yang luar biasa.
Berdasarkan data, Kamar dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melaporkan kurang lebih 6 juta pekerja Indonesia telah dirumahkan dan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). [KAL]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya