Dark/Light Mode

Lestari Moerdijat: Pandemi Melelahkan, Tapi Harus Tetap Optimistis

Rabu, 14 Juli 2021 21:42 WIB
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat. (Foto: Ist)
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Membangun optimisme merupakan jawaban berbagai persoalan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Terutama menghadapi lonjakan kasus yang terjadi belakangan ini. Optimisme perlu diwujudkan dalam tindakan nyata melalui kesadaran hidup dalam kondisi kenormalan baru.

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat menyatakan, membangun optimisme dalam keadaan penuh dengan ketidakapstian tentu tidak mudah. Oleh karenanya, perlu pemahaman dan kesadaran yang mendalam dalam menghadapi kompleksitas persoalan pandemi yang kini terjadi.

"Sangat manusiawi bila terjadi kelelahan, ketidaknyamanan, bahkan kebingungan di kalangan masyarakat yang bisa berujung pada kemarahan. Tetapi kita harus berupaya untuk bisa mengendalikan kemarahan itu," tegas Lestari dalam diskusi bertajuk Optimisme di Tengah Ketidakpastian, yang diselenggarakan Forum Diskusi Denpasar 12, Jakarta, Rabu (14/7).

Diskusi mingguan yang digelar setiap Rabu itu, mengahadirkan empat narasumber, yakni Prof. Dr. Hingky Hindra Irawan Satari dari Tim Pakar Satgas Covid-19, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Ratih Ibrahim dari Founder Personal Growth, dan epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo.

Politikus Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang akrab disapa Rerie itu menyatakan, kemarahan dapat terjadi karena situasi, bisa juga karena anggapan bahwa ada tindakan yang seharusnya sudah dilaksanakan tetapi belum dilaksanakan. Serta berbagai persoalan lain, termasuk persoalan kesehatan fisik dan psikis masyarakat.

Baca juga : Meski PK Dikabulkan, Terdakwa Kasus e-KTP Tetap Divonis 6 Tahun Bui

"Karena secara jujur harus kita akui, kita berhadapan pada suatu situasi yang tidak bisa kita kendalikan sama sekali," ujar Rerie.

Situasi tersebut, tambah anggota Komisi X DPR ini, diperparah oleh berbagai hoaks, rumor, bahkan ada agenda-agenda politik tertentu yang diduga turut menumpangi masalah yang sedang dihadapi saat ini.

Namun, menurut Rerie, bangsa Indonesia punya nilai-nilai luhur yang terkadung dalam Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tuggal Ika yang menjadi tameng untuk mengahadapi persoalan-persoalan itu.

"Mari kita bersama-sama menghadapi musibah ini dengan penuh optimisme. Saya percaya pada waktunya badai pasti berlalu dan ada matahari terang di ujung sana. Bersama kita bisa, bersama kita akan muncul sebagai pemenang dan mencatat sejarah bahwa bangsa kita mampu mengalahkan covid-19," tegas anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu.

Hingky Hindra Irawan Satari menyoroti soal pentingnya data untuk menyokong langkah penanggulangan Pandemi Covid-19. Karena kelangkapan data sangat menentukan arah kebijakan dan hasil yang dicapai.

Baca juga : Meski Pandemi, BSI Tetap Stabil

"Oleh karena itu, sangat berbahaya bila orang berbicara panjang lebar tentang pandemi tanpa didukung data yang lengkap dan valid," tandasnya.

Selain itu, kata dia, seluruh elemen bangsa harus melihat pendemi sebagai masalah  bersama, bukan masalah pemerintah saja.

"Pandangan keliru semacan itu masih banyak menghantui masyarakat. Ini berbahaya, karena virus terus bermutasi, tapi rakyat tidak bermutasi. Jangan saling menyalahkan atau mencari siapa yang salah, tapi sama-sama mencari jalan keluar. Jangan hanya banyak bicara tapi harus lebih banyak bekerja," imbaunya.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Komaruddin Hidayat mengakui, semua negara bingung dan melakukan trial and error dalam menghadapi pandemi Covid-19. Tapi bila dilihat dari sisi angka, jumlah kamatian sangat kecil bila dibandingkan angka kesembuhan, baik di tingkat nasional mapun global.

"Karena itu, tidak perlu cemas dan takut berlebihan, tapi sebaliknya kita harus opitimistis bahwa yang sehat akan menang," ujarnya.

Baca juga : Menteri ESDM Pastikan Hilirisasi Tetap Jalan

Ratih Ibrahim memambahkan, kecemasan yang intes, bahkan ada yang depresi karena pandemi, perlu pendampingan psikologis terutama di kalangan generasi muda yang masih labil dalam menghadapi persoalan. Mereka perlu diberi pemahaman yang benar dan luas tentang kenormalan baru.

"Perlu pendekatan dengan bahasa-bahasa yang positif melalui berbagai cara seperti pelatihan, diskusi ilmiah agar ancaman kesehatan fisik oleh virus korona tidak menjalar ke kesehatan psikis. Tentu upaya itu perlu kerja sama dan dukungan lintas lembaga," cetusnya. [TIF]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.