Dark/Light Mode

Jelaskan Keuangan Negara & Penanganan Pandemi

Sri Mulyani Memang Pandai Merangkai Angka Dan Data

Rabu, 25 Agustus 2021 07:05 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) menyerahkan laporan terkait pandangan Fraksi-Fraksi kepada Ketua DPR Puan Maharani saat Rapat Paripurna DPR RI Ke-3 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2021-2022 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/8/2021). (Foto: Rizki Syahputra/RM)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) menyerahkan laporan terkait pandangan Fraksi-Fraksi kepada Ketua DPR Puan Maharani saat Rapat Paripurna DPR RI Ke-3 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2021-2022 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/8/2021). (Foto: Rizki Syahputra/RM)

 Sebelumnya 
Selain itu, politisi senior banteng ini menemukan banyak kepala daerah mengeluh dengan kebijakan pemerintah yang sering kali melakukan refocusing anggaran. Tahun ini saja, pemerintah sudah melakukan empat kali refocusing yang akibatnya membuat kepala daerah malah pusing.

“Mereka mengatakan refocusing ini dengan ‘repusingisasi’. Jadi pusing. Mereka mengatakan program kami tidak bisa dijalankan,” katanya.

Tidak sampai di situ, banyak daerah juga pusing dengan adanya beban pelaporan keuangan tambahan seperti pengisian platform aplikasi yang seringkali berubah. Kondisi ini yang kemudian membuat perekonomian di daerah tidak bergerak.

Baca juga : AEO6 Sajikan Ketertarikan Negara-negara ASEAN Pahami Tren Energi

“Seperti yang dikatakan Ibu Ani (Sri Mulyani), APBN-APBD menjadi tidak fungsional. Padahal itu yang tanda petik satu-satunya yang diharapkan dalam kondisi seperti saat ini,” katanya.

Sementara, Sri Mulyani menjelaskan, pandemi Covid-19 telah menyebabkan seluruh dunia mengalami pukulan. Begitu pun dengan pemerintah yang juga sempat mengalami pukulan pada kuartal II tahun lalu, lantaran semua kegiatan berhenti akibat pandemi.

“Dalam hal ini pemerintah juga langsung melakukan perubahan APBN,” katanya.

Baca juga : Menko Airlangga Minta Fokus Tingkatkan 3T, Vaksinasi, Dan Isoter

Dijelaskannya, pukulan ekonomi di kuartal II tahun lalu terjadi karena pemerintah belum siap memompa belanja akibat kontraksi yang sangat mendadak di situasi pandemi.

Terlebih di periode April-Mei, menjadi bulan-bulan terberat di seluruh dunia. Seluruh negara tidak siap bahkan harus mengambil kebijakan lockdown.

Menurut Sri Mulyani, membaiknya ekonomi menunjukkan bahwa APBN satu-satunya instrumen yang memang ada di garis depan. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.