Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Terorisme Tak Punya Bahasa Khusus

HNW: Pancasila Banyak Serap Kosakata Bahasa Arab

Sabtu, 11 September 2021 15:26 WIB
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. (Foto: Ist)
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengkritisi pernyataan yang mengatakan bahwa Bahasa Arab sebagai salah satu ciri dan cara penyebaran radikalisme dan terorisme. HNW, sapaan karib Hidayat Nur Wahid mengingatkan, ungkapan serapan yang berasal dari Bahasa Arab banyak disebut dalam Pancasila dan konstitusi negara Indonesia.

"Ini membuktikan bahwa Bahasa Arab, kemahiran maupun memperbanyak penyebutannya, tidak terkait dengan radikalisme maupun terorisme. Memang sudah ada klarifikasi, tetapi tidak memadai karena stigma dan tuduhan atau salah amatan itu tidak dikoreksi atau dicabut. Padahal kesalahan penilaiaannya teramat nyata," ungkap Hidayat dalam keterangannya, Sabtu (11/9).

HNW mengingatkan, seandainya benar amatan itu, apa mungkin Indonesia yang memerangi terorisme dan radikalisme akan mengajari anak-anak Sekolah dan warga umumnya untuk menghafalkan dan mengamalkan Pancasila? Bukankah Pancasila banyak memakai kosakata dalam Bahasa Arab, sementara Pancasila tetap menjadi dasar dan ideologi negara Republik Indonesia.

"Bukankah dalam Pancasila kata Adil tetap ada dalam sila kedua dan kelima. Lalu kata rakyat tetap ada pada sila keempat dan kelima, adab pada sila kedua, serta hikmat, musyawarah, dan wakil pada sila keempat. Padahal semua itu serapan dari bahasa Arab?" sindirnya.

Baca juga : Mahfud: PON XX Papua Aman

Menurut HNW, terorisme dan radikalisme pasti bertentangan dengan demokrasi yang simbolnya ada di Parlemen. Sementara parlemen di Indonesia yaitu MPR, DPR dan DPD, masih tetap mempergunakan istilah dasar yang  kesemuanya serapan dari bahasa Arab. Yaitu, Majelis, Musyawarah, Dewan, Wakil, Rakyat, serta Daerah. Yang itu semua berasal dari Bahasa Arab.

Lebih lanjut, HNW mengatakan tuduhan dan framing tendensius tersebut patut ditolak dan dikritisi. Selain tidak sesuai dengan fakta, tetapi juga karena framing negatif itu mendowngrade nilai-nilai dalam Pancasila dan kehidupan berdemokrasi dengan simbol Parlemennya.

"Pernyataan memperbanyak Bahasa Arab disebut sebagai salah satu ciri penyebaran terorisme, disadari atau tidak itu bisa jadi bentuk teror terhadap Pancasila dan Parlemen Indonesia yang banyak ungkapannya diserap dari bahasa Arab," ujarnya.

HNW menegaskan, bangsa Indonesia menolak radikalisme dan terorisme. Tetapi hendaknya dilakukan dengan berbasiskan kebenaran, bukan framing apalagi Islamophobia.

Baca juga : Pandemi Tanpa Pancasila Negara Bisa Chaos

"Apakah OPM yang menteror kedaulatan NKRI di Papua itu berbahasa Arab? Atau Belanda/VOC yg menteror dan menjajah Indonesia ber-abad-abad itu juga berbahasa Arab? Juga terorisme supremasi kulit putih (Ku Klux Klan) di Amerika dan di Selandia Baru serta Kanada? Juga teror negara Israel terhadap Palestina? Apakah juga terkait dengan bahasa Arab? Tetapi mengapa semua itu tidak disoroti? Inilah yang menampakkan adanya Islamophobia di balik tuduhan terhadap bahasa Arab. Radikalisme dan Terorisme tidak terkait dengan penyebaran bahasa Arab maupun lainnya. Tetapi radikalisme dan terorisme tetap ditolak dengan bahasa apapun yang dipergunakan," tutur HNW.   

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, memang banyak juga orang Arab non Muslim yang mempergunakan bahasa Arab. Tetapi secara prinsip Bahasa Arab lebih dikenal sebagai bahasa Al Quran, kitab sucinya umat Islam, dan bahasa hadis-hadisnya Rasulullah SAW.

Bahasa Arab di Indonesia juga makin menyebar dengan banyaknya Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi Islam. Juga meningkat tajamnya jumlah calon jemaah haji dan umroh, serta pengajian-pengajian  di TV atau majelis-majelis  taklim. Juga karena menguatnya hubungan politik dan ekonomi Indonesia dengan Negara-negara berbahasa Arab di Teluk/Timur Tengah.

Bahasa Arab juga sudah diterima dan menyebar secara internasional ke banyak organisasi-organisasi di tingkat gobal. Bahkan, dari enam bahasa resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Persatuan Parlemen Dunia (IPU) salah satunya adalah bahasa Arab.

Baca juga : Bamsoet Harap Lahir Banyak Pembalap Indonesia Berprestasi Internasional

"Bahkan, bahasa Arab saat ini berada di peringkat Power Language Index sebagai bahasa dunia terpenting kelima. Dan itu tentu bukan karena bahasa Arab sebagai faktor penyebaran terorisme," ingatnya.

Karena itu, anggota Komisi VIII DPR RI yang membidangi urusan keagamaan ini mengimbau masyarakat dan generasi muda tetap waspada tapi tidak terpancing jadi saling curiga dan terpecah belah karena adanya tuduhan tak mendasar itu.

"Tirulah para Pahlawan dan Bapak-bapak Bangsa yang tidak phobia dengan bahasa asing termasuk Bahasa Arab. Seperti, KH A Dahlan, KH Hasyim Asyaari, H Agus Salim, KH Mas Mansoer, KH Kahar Mudzakir, Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, M Natsir, tokoh-tokoh Pahlawan Nasional yang dikenal ahli dalam berbahasa Arab," pungkasnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.