Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Peringati Hari Kesaktian Pancasila
Ideologi Negara Harus Kembali Masuk Kurikulum Pendidikan
Minggu, 3 Oktober 2021 07:10 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pendidikan Pancasila diharapkan kembali menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Agar, ideologi bangsa tumbuh subur di hati para peserta didik.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo mengatakan, masuknya pendidikan Pancasila dalam mata pelajaran juga mengakomodir anak-anak muda yang menginginkan kehadiran pendidikan Pancasila dalam pendidikan formal.
Berdasarkan hasil survei Indikator Indonesia, 82,3 persen dari 1.200 responden berusia 17-21 tahun menilai, pendidikan Pancasila perlu masuk pelajaran sejak sekolah dasar.
Baca juga : Peringati Hari Batik Nasional, Dharma Pertiwi Catat Rekor MURI
“Keinginan ini harus direspons aktif oleh pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ujar Bamsoet, sapaan Bambang Soesatyo, usai menghadiri Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Jumat (1/10).
Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, setiap negara mempunyai sejarah konflik dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk Indonesia. Kita harus bersyukur memiliki Pancasila yang berperan sebagai bagian dari resolusi konflik, menyatukan seluruh elemen bangsa pada sebuah visi kebangsaan.
“Pancasila hadir sebagai dasar negara, falsafah dan pandangan hidup bangsa. Pancasila menekankan, keberagaman yang kita miliki adalah fitrah kebangsaan yang tidak dapat diingkari dan pungkiri,” urai mantan Ketua Komisi Bidang Hukum dan Keamanan DPR ini.
Baca juga : Kesaktian Pancasila Energi Terbarukan Untuk Akselerasi Pemberantasan Korupsi
Bamsoet menambahkan, sejak Indonesia mendeklarasikan diri sebagai negara kesatuan dalam kemajemukan budaya, suku, ras, dan agama, konsep kebhinekaan telah menyatukan seluruh elemen dalam ikatan kebangsaan.
Namun, dalam perjalanan sebagai sebuah bangsa, sikap intoleransi terhadap keberagaman selalu mewarnai kehidupan kebangsaan.
Misalnya, lanjut dia, saat penyelenggaraan kontestasi politik atau Pemilu. Politik identitas disalahgunakan sebagai alat perjuangan. Bahkan, menimbulkan polarisasi masyarakat, baik sebelum, selama, bahkan sesudah pemilu dilaksanakan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya