Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kemenangan Jokowi Berkat Kesolidan NU

Kamis, 30 Mei 2019 00:40 WIB
Jokowi saat kampanye di GBK (Foto: Facebook Jokowi)
Jokowi saat kampanye di GBK (Foto: Facebook Jokowi)

RM.id  Rakyat Merdeka - CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali punya analisis mengenai faktor-faktor yang memenangkan Capres-cawapres 01 Jokowi-Ma'ruf pada Pemilu presiden 2019. Dia melihat, kemenangan Jokowi-Ma'ruf salah satunya ditentukan oleh dukungan dari mayoritas pemilih muslim yang berlatar belakang nahdlatul ulama (NU).

"Jumlah pemilih muslim dari NU adalah mayoritas. Yakni mencapai 60 persen. Sebagian besar memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin," kata Hasanuddin Ali pada diskusi "Populisme dalam Demokrasi Elektoral 2019", di Jakarta, Rabu (29/5) seperti dikutip antaranews.com.

Sedangkan Capres-cawapres 02 Prabowo-Sandi, kata Hasan, lebih unggul pada pemilih muslim berbasis Muhammadiyah. "Pemilih muslim dari Muhammadiyah mayoritas memilih Prabowo-Sandiaga, meskipun ada juga yang memilih Jokowi-Sandiaga," katanya.

Baca juga : Kyai Maruf dan Barnus Bukber Bareng Anak Yatim

Menurut dia, pemilih NU menjadi faktor penentu kemenangan Jokowi-Ma'ruf. Sarena adanya soliditas masyarakat NU dari tingkat elite hingga ke tingkat bawah. "Semua poros NU saat ini mendukung Jokowi-Kiai Ma'ruf," katanya.

Mengapa NU solid? Kata dia, hal ini karena cawaperes pendamping Jokowi adalah KH Ma'ruf Amin merupakan Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) serta Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). "Ini menjadi fantor menentu peningkatnya soliditas pemilih NU," katanya.

Faktor lainnya, menurut dia, adalah adanya kesamaan kepentingan dari pemilih yakni ingin menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari adanya upaya-upaya dari pihak tertentu yang dinilai ingin mengubah Pancasila.

Baca juga : Relawan Jokowi Diminta Tetap Tenang

Direktur Eksektutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menambahkan, pada pemilu 2019, politik identitas berbasis keagaman semakin menguat. Sehingga terjadi polarisasi pada pemilih dan masyarakat.

Lamanya waktu kampanye, yakni sekitar tujuh bulan, menjadikan pemilih semakin mengkristal pada pilihannya. "Banyak pemilih sudah memiliki pilihannya dan semakin mengkristal," katanya.

Menurut dia, Jokowi-Ma'ruf menang di 19 provinsi di Indonesia, tapi kemenangannya terutama ditentukan di dua provinsi "gemuk" yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara Prabowo-Sandi menang di sebagain provinsi di Sumatera, terutama di Aceh dan Sumatera Barat yang menang besar.

Baca juga : Kepada Pendukungnya, Prabowo: Hindari Kekerasan!

"Namun, pasangan Prabowo-Sandiaga tidak berhasil memperbesar kemenangan di Jawa Barat yang juga padat penduduk," katanya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.