Dark/Light Mode

Belum Ada Pengantinnya, Koalisi Parpol Masih Cair

Rabu, 24 Agustus 2022 08:46 WIB
Foto Ilustrasi Pemilu 2024/Istimewa
Foto Ilustrasi Pemilu 2024/Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Koalisi di Indonesia masih sangat cair. Partai politik (parpol) berpikiran pragmatis.

“Parpol di Indonesia pragmatis karena mereka melihat ikatan-ikatan. Ini juga untuk memudahkan berinteraksi satu sama lain,” kata Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana, Selasa (23/8). 

Adapun koalisi yang sudah terbentuk, yakni Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Koalisi Gerindra-PKB, juga poros Nasdem-PKS-Demokrat. 

“Sampai saat ini, belum ada kesepakatan jelas soal koalisi. Dalam bahasa mudahnya, masih saling lirik melirik, masih tahap awal, belum ada yang mengikat satu sama lain. Meski secara formal ada KIB, NasDem, PKS, Demokrat, tapi belum ada pengantinnya (capres-cawapres),” jelas Aditya. 

Meski telah bergabung dengan sebuah koalisi maupun merapat pada poros tertentu, parpol masih terus menjajaki peluang, sehingga bisa saja nantinya ada perubahan.

Baca juga : Romo Benny Dorong Pengesahan Peta Jalan Pembinaan Ideologi Pancasila

Sementara parpol sedang lirik melirik, lembaga survei memasangkan sejumlah nama elite sebagai eksperimen. 

“Ini dalam konteks menggalang dukungan, atau memastikan bahwa si A cocok dengan si B atau B cocok dengan yang lain. Mungkin bisa terjadi atau tidak,” ujar Aditya.

Dengan nama-nama yang beredar, itu bisa menjadi panduan atau bahkan nilai tawar bagi elite tersebut dan parpolnya. 

“Pada dasarnya parpol belum punya satu kesamaan dan ideologis untuk memudahkan mereka melekat satu sama lain. Jadi masih sangat cair,,“ tandas Aditya. 

Dia menduga, parpol maupun koalisinya masih akan menahan diri untuk mengumumkan capres dan cawapres. Baru pada awal tahun depan, akan terang benderang ke mana arah dan pilihan mereka.

Baca juga : Pengamat: Penting Untuk KIB Bangun Koalisi Besar Demi Stabilitas Pemerintahan

Memperbesar KIB

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengemukakan sejumlah analisis terkait kabar bergabungnya partai dalam gerbong KIB.

Menurutnya, masuknya partai politik lain ke KIB masih sebatas wacana. Kabar itu memang santer sejak bulan lalu, namun hingga pertemuan KIB di Jawa Timur minggu lalu, hal itu belum terbukti.

"Hal ini mengindikasikan, partai-partai masih belum yakin dan butuh menimbang ulang keputusan untuk bergabung dengan KIB," ujarnya.

Jika nantinya akan ada partai lain dalam gerbong KIB, maka KIB akan mendapati sejumlah keuntungan, yakni memperbesar peluang memenangkan Pilpres 2024.

Baca juga : Prospek Pasar Digital RI Masih Kinclong Lho

"Plus minus koalisi besar memang terletak pada potensi kemungkinan menangnya yang lebih besar, dan dukungan parlemen yang kuat saat nanti di pemerintahan," tambahnya.

Sebelumnya, KIB menanggapi Partai Demokrat yang mengungkapkan butuh koalisi besar untuk memenangkan Pemilu 2024 dan menjalankan pemerintahan. 

PAN, sebagai salah satu anggota KIB, menyetujui wacana koalisi besar dan mengajak Demokrat bergabung bersama KIB dengan Golkar dan PPP.

Meski demikian, menurut Umam, koalisi besar tidak menjamin penuh kemenangan. Sejarah Pilpres 2004 dan 2014 telah membuktikan.

Saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didukung koalisi kecil pada Pilpres 2004. Begitu pula Jokowi pada Pilpres 2014. Keduanya menang berkat popularitas dan elektabilitas.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.