Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pertemuan Airlangga Dan Muhaimin Buka Peluang Perubahan Koalisi

Sabtu, 18 Februari 2023 10:10 WIB
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar/Istimewa
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar/Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Pertemuan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar bisa mengubah peta koalisi. Pasalnya, hingga saat ini peta politik Pemilu 2024 masih sangat cair. Belum ada koalisi yang menetapkan pasangan calon presiden (capres) yang akan diusung.

"Karena itu, perubahan koalisi di KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) dan KKIR (Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya) tetap terbuka," ujar pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga Jamiluddin, Jumat (17/2). 

Jamiluddin mengatakan, setidaknya ada dua penyebab. Pertama, ada kemungkinan masing-masing koalisi, KIB dan KKIR gagal dalam kesepakatan pasangan capres-cawapres.

"KIB dan KKIR gagal menyepakati pasangan capres yang akan diusung. Karena itu, ada peluang partai politik di dua koalisi itu saling pindah haluan," ujarnya.

Menurutnya, terbuka peluang PKB pindah ke KIB ketika kepentingan Muhaimin Iskandar menjadi cawapres tidak diakomodir oleh Prabowo Subianto. 

Baca juga : Luar Biasa, Perhatian Jenderal Dudung Untuk Keluarga Pahlawan Revolusi

Sebaliknya, ada kemungkinan PAN dan PPP pindah haluan ke Gerindra bila capres atau cawapres yang akan diusungnya tidak diakomodir Golkar.

Sedangkan kemungkinan kedua, KIB dan KKIR bergabung membentuk koalisi baru. "Peluang ini bisa terjadi bila itu diinginkan Presiden Jokowi," tandasnya.

Pilihan kedua itu diambil untuk menandingi Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan. KIB dan KKIR akan sulit menandingi Anies jika tidak bergabung. Pilihan itu juga diperkuat dengan kemungkinan bergabungnya PDIP yang lebih memilih Pemilu 2024 diikuti 2 poros.

"Bahkan tidak menutup kemungkinan PDIP juga melebur bersama KIB dan KKIR. Bila ini terjadi, maka kekuatan koalisi ini menjadi sangat gemuk," tambahnya.

Dikatakan Jamiluddin, hal itu akan memunculkan dua poros dalam Pemilu 2024, yakni koalisi akan meneruskan arah pembangunan Jokowi dan koalisi yang menginginkan perubahan yang terdiri NasDem, Demokrat dan PKS yang akan mengusung Anies.

Baca juga : PPP Jabar Buka Ruang Pertarungan Dengan RK

Kendati demikian, menurut Jamiluddin, keidealan Pemilu 2024 diikuti oleh 4 poros. "Dari sisi demokrasi, lebih ideal ada empat pasangan capres yang maju. Kalau ini terjadi, rakyat akan disuguhkan lebih banyak pilihan," pungkasnya.

Pengamat politik sekaligus CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, otak-atik koalisi mungkin saja terjadi. Ini dikarenakan maraknya 'angjangsana' atau temu partai politik dari kubu pemerintah dan oposisi. Misalnya, saat Partai NasDem dan PKB bertandang ke Partai Golkar. 

"Itu tandanya koalisi masih cair. Secara koalisi mereka berbeda, Golkar pendukung pemerintahan dan NasDem sebagai oposisi. Ini juga menunjukkan agar politik tidak tegang," ujar Pangi, Jumat (17/2). 

Dari pertemuan Golkar dengan PKB, mereka ditawarkan masuk ke KKIR bersama Gerindra-PKB. Adapula pernyataan elite PDIP yang mengatakan, PDIP paling mungkin bergabung dengan KIB atau KKIR. 

"Ini masih saling penjajakan, masih berproses, mencari cocoklogi, penyamaan, mencari titik persamaan pembentukan yang sama," jelas Pangi. 

Baca juga : Pasangan Ganjar-Airlangga Bisa Terwujud Jika PDIP Bersama KIB

Selain bersilaturahmi, beberapa sikap koalisi juga dianggap sebagai bentuk 'saling menyandera'. 

“Bukan tidak mungkin koalisi ini akan sandera menyandera, saling adu strategi, termasuk misalnya hanya menyebutkan nama-nama, tidak mau buru buru itu juga bagian dari strategi," jelas Pangi.

Adapun posisi PDIP sebagai partai pemenang pemilu dianggap krusial dalam peta perpolitikan jelang 2024. 

“Proses kontempelasi sudah banyak. Ibu Megawati orang yang percaya data, terukur. Setelah berproses, berkontempelasi, kalkulasi cermat, matematika politik, pasti sudah ada nama itu di PDIP," jelas Pangi.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.