Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Agar Suara Tak Terbuang

Kader PSI Tawarkan Ambang Batas Fraksi

Selasa, 16 Juni 2020 07:11 WIB
Dara Nasution (Foto: Istimewa)
Dara Nasution (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Besaran angka Parliamentary Threshold (PT) masih menjadi tarik ulur di antara partai politik. Ada yang menginginkan tetap 4 persen, 5 persen hingga 7 persen. Namun, Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dara Nasution mengusulkan, Pemilu 2024 memberlakukan ambang batas fraksi ketimbang PT. 

“Kenaikan PT sebagai cara penyederhanaan parpol kan sudah terbukti gagal. Maka sebagai alternatif, PSI mendorong diberlakukannya Ambang Batas Fraksi (Fraction Threshold),” ungkap Dara kepada Rakyat Merdeka, kemarin. 

Baca juga : Bagi Partai Gelora Indonesia Urusan Pileg Dan Pilpres Lebih Penting Ketimbang Ambang Batas Parlemen

Namun, ada syarat yang ketat untuk partai-partai agar bisa berkoalisi membentuk satu fraksi. Misalnya, syarat mendirikan satu fraksi adalah 100 kursi. Berapa pun kursi yang didapat parpol, dia boleh masuk parlemen dan bergabung dengan parpol lain sampai 100 kursi. 

“Maka, dari 575 kursi di DPR maksimal hanya akan dihasilkan 5 fraksi. Ambang batas fraksi ini juga akan mencegah adanya suara yang terbuang,” katanya. 

Baca juga : Manjakan Pelanggan, Samsung Galaxy A21s Tawarkan Camera dan Baterai Lebih Keren

Menurutnya, pemberlakuan ambang batas fraksi tidak menghanguskan suara rakyat. Artinya seluruh partai yang berhasil dapat kursi DPR sebagai representasi suara rakyat, harus diberikan haknya untuk jadi anggota DPR. 

PSI menolak wacana kenaikan PT karena tidak sejalan dengan prinsip demokrasi. Saat PT 4 persen saja ada 13,5 juta lebih suara rakyat yang hangus sia-sia, tidak terwakili di parlemen. Apalagi bila dinaikkan 7 persen, maka akan ada puluhan juta suara rakyat yang terbuang. 

Baca juga : Khofifah dan Risma Sekarang Seirama

Jadi, menaikan PT adalah gagasan tidak masuk akal dan oleh karena itu anti esensi demokrasi itu sendiri. Apalagi bila dinaikkan 7 persen, puluhan juta suara rakyat akan terbakar, sia-sia. “Kami juga ingin tahu apa gagasan di balik keinginan menaikkan PT ini,” katanya. 

Kalau argumennya untuk mengurangi jumlah fraksi untuk menyederhanakan proses pengambilan keputusan di parlemen, kelihatannya kurang tepat. Pemilu 2009 dengan besaran PT 2,5 persen dari 48 partai politik peserta pemilu menghasilkan sembilan partai politik di DPR. Sedangkan Pemilu 2014 dengan besaran PT yang lebih tinggi yakni 3,5 persen dari 12 partai politik peserta pemilu justru menghasilkan sepuluh partai politik di parlemen. Dengan kata lain, penyederhanaan fraksi dari segi jumlah melalui PT terbukti gagal. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.