Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Suara `Kabah` Terus Melorot

Caketum PPP Jangan Cuma Jago Kandang

Jumat, 11 September 2020 06:15 WIB
Suara `Kabah` Terus Melorot Caketum PPP Jangan Cuma Jago Kandang

RM.id  Rakyat Merdeka - Hampir setiap pemilu, suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) selalu melorot. Agar tidak tersingkir dari parlemen, partai berlambang Kabah itu harus melakukan pembenahan di level pimpinan, termasuk calon ketua umum.

Hal itu diutarakan Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Sosial & Kajian Ekonomi Politik (Lanskap) Tarli Nuhroho kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menyarankan PPP mencari calon ketua umum yang tidak “jago kandang”. “Saya kira untuk menyelamatkan suara, PPP harus aktif merekrut tokoh baru yang dikenal dan populer di mata umat dan rakyat. Bukan tokoh yang hanya dikenal di internal mereka saja,” ungkap Tarli. Kalau

PPP masih mengandalkan tokoh internal yang tidak dikenal umat dan rakyat sebagai ketua umum, tinggal tunggu saja kehancurannya.

Baca juga : Gelar Perkara Kasus Jaksa Pinangki, Kejagung Undang KPK

Tarli pun membeberkan faktanya. Kata dia, sejak Pemilu 1999, PPP terus mengalami penurunan suara dan kursi di DPR karena tidak ada tokoh yang layak dan populer untuk menduduki posisi ketua umum.

Pemilu terakhir, suara PPP hanya 6.323.147 atau 4,52 persen suara. Perolehan suara PPP nyaris menyentuh ambang batas parlemen. Bisa dibayangkan jika angka Parliamentary Threshold (PT) naik menjadi 5 persen, maka semakin sulit bagi PPP untuk duduk lagi di parlemen.

Tren penurunan suara yang cukup signifikan di setiap pemilu seharusnya menjadi pelajaran sekaligus mencari cara bagaimana PPP bisa bangkit dan menaikan suara.

“Tidak ada tokoh nasional Islam yang menonjol dari PPP. Kalau PPP tidak merekrut tokoh baru sulit bangkit. Mestinya melakukan rekrut tokoh baru. Kemudian memperkuat branding PPP,” jelasnya.

Baca juga : Partai Gelora Dukung Pasangan ADAMA Agar Makassar Jadi Kota Internasional

Tarli ingat betul waktu reformasi dulu, PPP berniat untuk merekrut Amien Rais menjadi ketua umum. Entah karena alasan dan faktor apa sehingga Amien Rais tidak jadi. Lalu, lebih memilih mendirikan partai baru yakni PAN.

Lalu, bagaimana jika Suahrso Monoarfa menjadi ketua umum kembali? Tarli memprediksi nasib PPP akan suram. “Saya kira sulit bagi PPP untuk tetap mempertahankan suara dan kursi di DPR untuk melampau angka PT, kalau tidak ada suntikan tokoh baru,” katanya.

Suharso, diakui Tarli, memang punya kapasitas dan intelektual. Persoalannya, Suharso bukan figur yang punya kekuatan elektoral untuk mengangkat suara PPP. Apalagi Suharso naik kepemimpinan bukan melalui kontestasi tarung bebas di Muktamar.

Suharso lahir dari kemelut kasus hukum Romahurmuziy. “Bisa dibilang Suharso tidak teruji untuk mengangkat suara partai. Saat ini, PPP butuh tokoh populer yang luas bukan tokoh yang hanya dikenal di internal PPP saja,” ujarnya.

Baca juga : Bangsa Ini Harus Merdeka, Jangan Ada Lagi Adu Domba

Yang lebih jelas lagi, masih kata Tarli, Suharso tidak mempunyai basis massa yang cukup solid di masyarakat dan internal PPP sendiri. “Saya kira susah mengerek suara dan kursi DPR,” ucapnya.

Seperti diketahui, PPP akan menggelar Muktamar setelah Pilkada Serentak 2020. Ada beberapa nama atau kandidat ketua umum yang sudah beredar di internal maupun masyarakat yakni Suharso Monoarfa, Mardiono, Zainut Tauhid Sa’adih, Akhmad Muqowwam, Ahmad Farial dan Arsul Sani. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.