Dark/Light Mode

Sering Kepleset, Prabowo Bisa Jatuh

Sabtu, 24 November 2018 08:11 WIB
Capres 02 Prabowo Subianto (kanan), saat menjadi pembicara di Indonesia Economic Forum 2018 di Hotel Shangri-La, Rabu (21/11).
Capres 02 Prabowo Subianto (kanan), saat menjadi pembicara di Indonesia Economic Forum 2018 di Hotel Shangri-La, Rabu (21/11).

RM.id  Rakyat Merdeka - Omongan Prabowo Subiantokembali menuai polemik. Setelah berurusan dengan tampang Boyolali, mantan Danjen Kopassus ini disorot karena tidak menyesalkan keputusan Australia memindahkan kedutaan besarnya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Sejumlah pihak menyayangkan sikap Prabowo yang sering kepleset lidah. Kalau begini terus, Prabowo bisa jatuh. Omongan Prabowo muncul setelah berpidato di Indonesia Economic Forum 2018 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (21/11).

Saat itu, Prabowo menjawab pertanyaan wartawan asing, soal sikapnya mengenai rencana pemindahan Kedubes Australia dari Tel Aviv ke Yerusalem. Dia menjawab begini: "Untuk pemindahan kedutaan, saya belum membaca soal keputusan Australia memindahkan kedutaannya ke Yerusalem. Kita sebagai pendukung Palestina, kita tentu punya pendapat sendiri, tapi Australia juga merupakan negara independen dan berdaulat, maka kita harus menghormati kedaulatan mereka".

Jawaban Prabowo dianggap tidak tegas. Sejumlah pihak menyayangkan sikap tersebut. Salah satunya, mantan Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi atau biasa disapa TGB. Menurut TGB, pernyataan Prabowo menafikan jalinan sejarah perjuangan Palestina yang erat dengan perjuangan bangsa Indonesia.

Dengan memindahkan kedubes, berarti sebuah pengakuan bahwa Yerusalem adalah Ibukota Israel. Padahal Israel dan Palestina masih berkonflik soal Yerusalem. "Ini bukan sekadar masalah kedaulatan suatu negara sahabat, tetapi isu kebangsaan dan keumatan yang selalu menjadi perhatian kita sebagai bangsa. Tidak boleh ada statement yang secara langsung maupun tidak langsung melegalkan kondisi yang ada di Palestina," jelas TGB.

Baca juga : Ozil Senang Ketemu Pangeran William

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menilai sikap Prabowo berlawanan dengan sejarah, dan tak menghormati sikap resmi pemerintah yang mendukung kemerdekaan Palestina secara penuh sejak lama. "Dengan demikian, sikap Pak Prabowo ahistoris," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/11).

Hasto menduga, ucapan Prabowo adalah upaya mendapatkan dukungan dari pihak tertentu di Pilpres. Meski begitu, dia enggan merinci pihak mana yang dimaksud. "Pilpres bukanlah sekadar kontestasi tanpa prinsip. Seluruh program kebijakan politik luar negeri seluruh capres, harus mengacu pada konstitusi," kata Hasto.

Jubir Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf, Meutya Hafid,  ikut mengkritik. Menurut dia, pernyataan Prabowo bisa melukai hubungan Indonesia dengan Palestina. "Sangat bertolak belakang dengan semangat konstitusi kita," kata Meutya, Jumat (23/11).

Menurutnya, pemindahan kedubes adalah bentuk pengakuan Australia mengakui Yerusalem sebagai Ibukota negara. Padahal, Yerusalem masih menjadi konflik antara Israel dengan Palestina. "Indonesia sepatutnya memprotes rencana tersebut oleh negara manapun, termasuk Australia. Pernyataan Prabowo berpotensi melukai hubungan baik Indonesia dengan Palestina," tegas Meutya.

Baca juga : Tak Akan Impor Kalau jadi Presiden, Prabowo Dikuliahi JK

Jubir BPN Prabowo-Sandi Andre Rosiade, mengklarifikasi pernyataan Prabowo. Kata dia,  sikap Prabowo menghormati keputusan Australia, tidak ada hubungannya dengan sikap terhadap kemerdekaan Palestina. "Pak Prabowo mencoba menghormati sikap tetangga kita. Nggak ada hubungan soal bagaimana sikap Pak Prabowo soal Palestina," kata Andre saat dikontak, Jumat (23/11).

Dia menegaskan, sikap Prabowo - Sandi terhadap Palestina, tidak perlu dipertanyakan lagi. Pasangan itu mendukung kemerdekaan Palestina secara penuh. Komitmen Prabowo terhadap kemerdekaan Palestina, menurut Andre, salah satunya dilakukan dengan menghadiri berbagai aksi membela Palestina. "Kami mengecam langkah Israel memindahkan Ibukotanya ke Yerusalem. Bahkan, selama ini Pak Prabowo aktif menyuarakan kemerdekaan Palestina dan beliau juga hadir dalam berbagai aksi - aksi, serta memberikan sumbangan ketika berlangsung aksi bela Palestina," jelasnya.

Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif juga ikut komentar. Dia menegaskan, pihaknya selalu mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. "Kami menyayangkan dan akan mengecam, jika benar rencana Australia memindahkan kedubesnya," kata Slamet.

Soal omongan Prabowo, Slamet yang juga masuk timses Prabowo - Sandi belum mau berkomentar. "Saya akan konfirmasi dulu dengan Pak Prabowo tentang berita itu," ucapnya.

Baca juga : Andi Arief Minta Prabowo Nggak Cuma Bikin Gaduh

Menanggapi hal ini, Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Adi Prayitno mengatakan, kampanye saat ini lebih banyak gaduhnya. Lebih sering memainkan kampanye negatif. Dia menyarankan para kandidat agar hati-hati berbicara dan bersikap. Karena setiap omongan yang jadi polemik, akan digoreng. Dalam kondisi begini, para kandidat jangan sampai terpeleset. Sering kepeleset bisa jatuh.

Adi juga menyarankan agar kedua kubu mulai berpindah haluan. Bicara yang substantif, yaitu memberikan edukasi kepada publik. Memberikan narasi-narasi tentang program. Tujuannya agar isu-isu yang berbasis kampanye negatif, SARA, dan identitas bisa hilang karena orang akan lebih sibuk bicara soal program para kandidat. "Kampanye yang bersifat memuliakan akal," pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.