Dark/Light Mode

Elang Dan Naga Tarung DiLaut China Selatan

Garuda Pilih Kanan Kiri Oke

Kamis, 23 September 2021 07:40 WIB
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta saat acara Gelora Talks bertajuk “Perang Supremasi Amerika Serikat vs China: Akankah Meledak di Laut China Selatan?”, yang digelar secara virtual, Rabu (22/9/2021). Acara ini menghadirkan tiga narasumber, Hikmahanto Juwana, Connie Rahakundini Bakrie, dan Laksda (Purn) Soleman B Ponto. (Foto: YouTube)
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta saat acara Gelora Talks bertajuk “Perang Supremasi Amerika Serikat vs China: Akankah Meledak di Laut China Selatan?”, yang digelar secara virtual, Rabu (22/9/2021). Acara ini menghadirkan tiga narasumber, Hikmahanto Juwana, Connie Rahakundini Bakrie, dan Laksda (Purn) Soleman B Ponto. (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pembentukan pakta pertahanan yang dilakukan Amerika Serikat bersama Inggris dan Australia membuat eskalasi di Laut China Selatan (LCS) makin panas. Sementara China terus memaksakan dominasi militernya di Indo-Pasific. Bagaimana dengan Indonesia? Menyikapi perang antara elang (AS) dan naga (China), Garuda masih berada di posisi tengah, alias kanan kiri oke.

Hingga saat ini, Indonesia belum menentukan sikap politiknya, apakah bergabung dengan poros elang atau naga. Posisi Indonesia yang berada di tengah-tengah itu, dianggap malah membawa keuntungan. Garuda bisa tetap berteman dengan elang maupun naga, selama kepentingan nasional tidak terganggu.

Baca juga : Ganip: Tak Bisa Hentikan Hujan, Tapi Lindungi Diri

Kira-kira, begitu benang merah yang bisa diambil dalam acara Gelora Talks bertajuk “Perang Supremasi Amerika Serikat vs China: Akankah Meledak di Laut China Selatan?”, yang digelar secara virtual, kemarin. Acara yang digagas Partai Gelora ini menghadirkan tiga narasumber yaitu, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, pengamat Militer dan Pertahanan Keamanan Connie Rahakundini Bakrie, dan mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI, Laksda (Purn) Soleman B Ponto. Sedangkan, Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta selaku tuan rumah hanya memberikan pengantar untuk memulai diskusi tersebut.

Hikmahanto sebagai pembicara pertama menceritakan, ada beberapa alasan kenapa dominasi militer China menguat di Laut China Selatan. Pertama, China ingin kekuatan ekonominya tersalurkan ke negara-negara lain. Dengan kata lain China ingin berbagai produknya, mulai dari barang kelontongan sampai teknologi, masuk ke berbagai negara di Indo-Pasific.

Baca juga : WGS Salurkan Bantuan APD Untuk Nakes

Dengan begitu, banyak lapangan kerja yang terserap. Bayangkan saja, di China ada 700 juta tenaga kerja. Sementara lapangan kerja hanya 500 jutaan. Jadi, China perlu mengeluarkan tenaga kerja mereka bahkan ke tempat lain.

Kedua, China memanfaatkan instrumen utang untuk kepentingan politiknya. Negeri Tirai Bambu ini memanfaatkan kelebihan uangnya dengan memberikan bantuan utang ke berbagai negara di Indo-Pasific. Nah, untuk mengamankan kedua kepentingan itu, China perlu mengamankan kawasan Indo-Pasific.

Baca juga : Era Firli Bahuri, Masih Berlaku Jumat Keramat

“Jadi, meningkatnya dominasi militer China di Laut China Selatan sebenarnya untuk menopang perekonomiannya. China membutuhkan stabilitas di kawasan,” papar Hikmahanto.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.