Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

JK Ibaratkan Pilpres Seperti Badminton

Yang Bertahan Menang, Tukang Smash Tumbang

Selasa, 11 Desember 2018 04:20 WIB
Presiden Jokowi bersalaman dengan sastrawan Putu Wijaya 
saat menghadiri acara Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 di Jakarta. (Foto: Biro Pers Setpres)
Presiden Jokowi bersalaman dengan sastrawan Putu Wijaya saat menghadiri acara Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 di Jakarta. (Foto: Biro Pers Setpres)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wapres Jusuf Kalla mengibaratkan Pilpres seperti bermain badminton. Dalam beberapa partai, terkadang yang menang itu bukan pemain yang tukang smash. Tapi, yang sabar dalam bertahan. Hal itu disampaikan JK, saat menyampaikan arahan di acara Rakornas Bawaslu di Mercure Convention Center Ancol Jakarta, Senin (10/12).

Apa yang disampaikan JK ini, sebenarnya bukan ungkapan baru. Pernah disampaikan dalam beberapa kesempatan sebelumnya. Kali ini menarik, karena disampaikan di hadapan para wasit pemilu yaitu Bawaslu dan jajarannya. Menurut JK, kampanye Pilpres seperti bermain badminton. Pemain mendapat poin, tak hanya ketika melakukan smash dengan benar. Tapi juga, ketika lawan melakukan kesalahan. Karena itu, dalam kampanye berbuatlah selalu yang benar.

Baca juga : Pak Amien Siapanya? Kresna Atau Sengkuni

Jangan bikin kesalahan sekecil apa pun. Karena kesalahan bisa digoreng dalam kampanye negatif. Dimanfaatkan untuk mendapat simpati atau antipati dari calon pemilih. Tentu tiap pemain punya strategi masing-masing memenangkan pertandingan. Ada yang menggunakan strategi bertahan, ada juga yang bermain menyerang. Dalam pertandingan, kadang ada pemain yang menang karena menyerang terus. Tapi juga ada pemain yang menang, ketika menerapkan strategi bertahan.

"Terserah mau pilih yang mana," kata JK. Mantan Ketum Golkar ini mengatakan, potensi mendapatkan angka memang besar jika pemain melakukan smash mematikan. Artinya saat kampanye, potensi keterpilihan dapat meningkat dengan melakukan serangan dengan tepat dan terukur. Hanya saja, jika smash terlalu keras dan sering, terkadang bola melebar atau menyangkut di net. Bukan keuntungan yang didapat. Malah buntung karena melakukan kesalahan sendiri. Dalam kampanye pun begitu. Jika terlalu keras menyerang lawan, bisa menjadi bumerang. Akhirnya lawan yang mendapat keuntungan.

Baca juga : Abah Ma’ruf Amin Bakal Bikin Kejutan

"Nah, itulah kira-kira situasi pemilu di Indonesia nanti, yang perlu diawasi," jelasnya. Dengan kondisi ini, JK berharap Bawaslu bisa menjadi wasit yang profesional. Menjadi pengawas yang independen dan berani menindak tim yang terbukti melakukan pelanggaran. Dia juga meminta Bawaslu memperkuat jajarannya hingga di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. JK yakin, Bawaslu bisa menjadi pengawas yang baik. "Anggota Bawaslu kan ada lima orang. Sementara kandidat hanya dua pasang," kata JK berseloroh.

Untuk menjadi pengawas yang baik, JK berpesan kepada seluruh jajaran Bawaslu agar bersikap independen. Pengawas pemilu tidak dilarang memberikan hak politik. Namun, preferensi politik jajaran Bawaslu harus disimpan secara pribadi, dan tidak boleh disampaikan ke publik. Para pengawas harus bisa menempatkan diri di posisi netral dan tidak memihak, sehingga penyelenggaraan pemilu di Tanah Air bisa berjalan adil. "Silakan memilih sendiri, tetapi Anda punya etika. Begitu Anda masuk Bawaslu, Anda punya etika untuk berada di sisi independen dan mencari kebenaran. Karena begitu Pemilu berhasil, Anda-lah yang berhasil," kata JK.

Baca juga : Petahana Ditantang Ratu Tarling Dan Pelawak

Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Adi Prayitno mengatakan, selama dua bulan masa kampanye ada beberapa catatan yang perlu dievaluasi dua kubu. Satu di antaranya adalah maraknya serangan kampanye negatif. Sayangnya, gaya kampanye begitu diminati dua kubu. Sehingga tak kelar-kelar. Karena itu, apa yang disampaikan JK sangat berarti.

Adi berharap, dua kubu kandidat mendengarkan nasehat JK sehingga di masa kampanye ini, publik disuguhkan dengan kampanye yang mendidik. "Para capres mestinya bicara substansi. Bicara yang bersifat negarawan, tidak terus-terusan gaduh, kata Adi saat dikontak Rakyat Merdeka. Karena dua kubu rajin menyerang, lanjut Adi, hak publik untuk mendapatkan informasi mengenai visi misi dan program dua capres, nyaris tidak tercapai. Visi misi Jokowi-Maruf yang berjudul "Meneruskan Jalan Perubahan untuk Indonesia Maju" setebal 35 halaman, nyaris tak pernah terdengar di telinga awam. Begitu juga dengan visi-misi Prabowo-Sandi yang berjudul "Empat Pilar Mensejahterakan Rakyat" setebal 15 halaman. Yang terdengar adalah ungkapan yang sifatnya artifisial seperti tampang Boyolali. Yang remeh-temeh. "Sudah saatnya dua kubu memuat materi kampanye yang memuliakan akal," pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.