Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Permainan Anak Kecil, Jangan Panik!

Jumat, 26 Mei 2023 22:11 WIB
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming (kiri) bersama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP Komarudin Watubun foto bersama, di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (22/5). (Foto: Dok. PDIP)
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming (kiri) bersama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP Komarudin Watubun foto bersama, di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (22/5). (Foto: Dok. PDIP)

Istilah anak kecil, seperti yang disampaikan Gibran Rakabuming Raka, bukan hal baru dalam politik. Almarhum Taufiq Kiemas (TK), mantan Ketua MPR RI, suami Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, pernah menyebut Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) anak kecil pada 2 Maret 2004. Taufiq mengatakan, "Mestinya dia (SBY) datang ke Ibu Presiden (Mega), tanya kok nggak diajak rapat (rapat kabinet). Bukannya ngomong di koran seperti anak kecil. Masak jenderal bintang empat takut ngomong ke Presiden," kata Taufiq. Pernyataan Taufiq tersebut dikapitalisasi dan secara efektif dipakai SBY sebagai menteri yang  "dizalimi", sehingga sukses mengalahkan Mega dua putaran di Pilpres 2004 dan satu putaran di Pilpres 2009.

Setelah dipanggil DPP PDIP, akibat "wedangan politik" plus "deklarasi dukungan politik" relawan Jokowi-Gibran se-Jawa Tengah dan Jawa Timur kepada capres Gerindra, Prabowo Subianto, Gibran mengatakan: "Saya tidak bermanuver. Saya itu tidak di struktur partai. Saya itu cuma kader biasa. Saya itu masih kader baru. Saya tidak punya pasukan. Manuver apa? Saya itu cuma anak kecil. Jangan pada panik gitu lho ya. Saya itu cuma anak kecil. Nggak tahu apa-apa, jangan pada panik gitu lho ya."

Wedangan politik Prabowo bersama Gibran dilakukan sebelum dia menemui SBY di Pacitan. Gibran sangat penting bagi Prabowo, sehingga harus lebih dahulu ditemuinya, baru kemudian menemui SBY. Safari politik Prabowo, mengunjungi dua orang "anak kecil", yaitu bertemu "anak kecil pertama" di Solo berbuah deklarasi dukungan dari relawan, kemudian bertemu "anak kecil kedua" di Pacitan mendapat nostalgia dan wejangan dari senior, dan mantan presiden.

Presiden RI keempat, Almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), juga pernah membuat ungkapan yang merujuk sifat anak kecil. Tepatnya pada 2001, Gus Dur mengatakan: "Keterangan saya tidak begitu dipahami karena memang nggak jelas bedanya antara DPR dan TK." Pernyataan tersebut membuat Anggota DPR marah dan menuntut Gus Dur menarik ucapannya. Saat itu, Gus Dur menjelaskan bahwa ucapannya sebatas humor.

Baca juga : Prinsa Mandagie, Ajak Kaum Patah Hati Agar Bangkit

Namun, kemudian Gus Dur ternyata menyesal menyamakan anggota DPR dengan anak TK. Akan tetapi, penyesalan yang dimaksud Gus Dur berbeda dengan pikiran banyak orang. "Saya menyesal menyamakan DPR dengan taman kanak-kanak. Saya merasa berdosa telah meremehkan anak-anak yang suci, cerdas, dan kreatif. Sedangkan anggota DPR yang kotor dan kreatif mencari celah untuk uang," ucap Gus Dur, saat itu.

Dalam dinamika politik nasional, yang berhasil diorkestrasi dan direlokasi Gibran dari Jakarta ke Solo, Kongres Rakyat Nasional (Kornas), rekan juang politik Jokowi sejak 2014, dan akan melanjutkan perjuangan bersama Ganjar Pranowo di 2024 menyampaikan pandangan sebagai berikut: 

Pertama, Kornas mengapresiasi Prabowo yang rendah hati bersedia menemui "anak kecil". Wedangan bersama Gibran yang mengaku sebagai "anak kecil". Kemudian silaturahmi dan nostalgia dengan SBY yang disebut Almarhum Taufiq Kiemas "anak kecil".

Kedua, salah satu permainan tradisional anak kecil yang berasal dari Jawa Tengah adalah "Cublak Cublak Suweng". Permainan dengan satu anak membungkuk dan menghadap ke bawah yang bertugas sebagai penebak, sementara anak yang lain sambil menyanyikan lagu "Cublak Cublak Suweng" memindahkan kerikil dari tangan ke tangan di punggung anak tersebut. Maka wedangan plus deklarasi relawan Jokowi- Gibran seharusnya tidak perlu disikapi berlebihan atau "panik" oleh pihak mana pun. Mungkin Gibran sedang bermain tebak-tebakan ala "Cublak Cublak Suweng".

Baca juga : Airlangga Pamer Ekonomi Moncer

Ketiga, pada Pilpres 2019 pernah beredar video sejumlah orang yang melakukan sikap hormat kepada Prabowo . Setiap orang bersiap sambil memberi hormat dan mengatakan: "Siap Presiden!" lalu secara bergantian menyalami Prabowo. Aksi tersebut kemudian ditiru dalam bentuk parodi oleh banyak pihak, termasuk anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi. Ada pihak yang menyebut bahwa Prabowo sedang main "presiden-presidenan". Oleh karena itu, wedangan Prabowo dengan Gibran pun seharusnya ditanggapi dengan pernyataan khas Gus Dur: "Gitu aja kok repot".

Keempat, pernyataan Gibran tentang dirinya sebagai kader baru, kader biasa, tidak bermanuver, tidak punya pasukan, lalu merendahkan hatinya memilih jadi "anak kecil", harus diyakini sebagai pernyataan yang jujur, polos, dan tulus. Maka, Gibran justru harus diberi kebebasan, keleluasaan memainkan perannya sebagai "anak kecil" yang menggemaskan, sehingga setiap orang selalu ingin bertemu dan merindukannya.

Kelima, tingginya keinginan tokoh-tokoh politik nasional bertemu Gibran harus diterima dengan baik dan positif. Gibran yang "suci, cerdas, dan kreatif" seperti pandangan Gus Dur kepada "anak kecil" ternyata berhasil memainkan perannya sebagai pelopor untuk menjadikan Pemilu 2024 sebagai pesta demokrasi yang menggembirakan, aman, damai. Kunjungan Anies Baswedan, Airlangga Hartarto, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto ke Solo sebagai bukti bahwa Gibran sebagai satu-satunya tokoh yang dapat mempertemukan semua Capres 2024.

Keenam, Pilpres 2024 sejatinya sebagai kontestasi politik yang berkualitas, sehingga capres harus mengedepankan spirit kebangsaan dan persaudaraan. Pertarungan ide, gagasan, serta program dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional harus diutamakan. Menghentikan penggunaan politik identitas, eksploitasi SARA, dan pemanfaatan ikatan-ikatan primordial. Sikap permusuhan, ujaran kebencian, pernyataan yang saling merendahkan dan melukai perasaan harus dihindari, sehingga Pemilu 2024 tidak menghadirkan luka dan dendam.

Baca juga : Inter Rawan Kehilangan Tiket Ke Liga Champions

Ketujuh, Kornas sebagai rekan juang politik Jokowi dan Ganjar tidak akan memaksa Jokowi, keluarganya, bahkan relawannya, untuk mendukung Ganjar. Kornas menyerahkan sepenuhnya keputusan tersebut kepada Jokowi, dan tidak menuntut apa pun. Kornas memiliki keyakinan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang berasal dari "orang biasa" seperti Jokowi di 2014 dan 2019. Maka Kornas memutuskan mendukung Ganjar sebagai satu-satunya capres "orang biasa".

Kedelapan, semua tokoh yang melewati proses panjang hingga menjadi capres atau cawapres harus diapresiasi dan dihargai. Maka Kornas akan mengajak seluruh rekan juang politik, relawan, simpatisan, dan pendukung Ganjar Pranowo untuk tidak melakukan "black campaign, negative campaign" terhadap capres lainnya. Tidak menyebar berita bohong dan menyesatkan. Tidak memberi hadiah atau janji, dalam bentuk uang, dan sembako. Serta menjunjung tinggi persaudaraan, persatuan, dan kesatuan bangsa.

Kornas mengajak semua pihak, baik parpol, paslon, perseorangan calon dan penyelenggara, baik KPU, Bawaslu, maupun DKPP, serta fasilitator baik Pemerintah, TNI dan Polri, dan seluruh rakyat Indonesia untuk bergotong royong menjadikan Pemilu 2024 sebagai pemilu yang jujur, adil, aman, dan damai.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.