Dark/Light Mode

Dikukuhkan Jadi Guru Besar UIN Jakarta

Prof Burhan Beberin 33 Persen Pemilih Terpapar Jual Beli Suara

Kamis, 30 November 2023 07:30 WIB
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (kiri) bersama Wakil Ketua MPR Syarief Hasan (kanan) mengucapkan selamat kepada Guru Besar Ilmu Politik Prof. Burhanuddin Muhtadi saat Pengukuhan7 Guru Besar Bidang Ilmu Sosial Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di UIN Jakarta, Rabu (29/11/2023). Guru besar yang baru dilantik berkomitmen untuk teaching and learning, riset dan pengabdian kepada masyarakat. (Patrarizki Syahputra/Rakyat Merdeka/RM.id)
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (kiri) bersama Wakil Ketua MPR Syarief Hasan (kanan) mengucapkan selamat kepada Guru Besar Ilmu Politik Prof. Burhanuddin Muhtadi saat Pengukuhan7 Guru Besar Bidang Ilmu Sosial Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di UIN Jakarta, Rabu (29/11/2023). Guru besar yang baru dilantik berkomitmen untuk teaching and learning, riset dan pengabdian kepada masyarakat. (Patrarizki Syahputra/Rakyat Merdeka/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pendiri lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) Burhanuddin Muhtadi dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam orasinya, penyandang gelar Master of Arts in Asian Studies dari Australian National University (ANU) ini mengatakan, sebanyak 33 persen pemilih terpapar jual beli suara.

"Burhanuddin dinaikkan jabatannya menjadi Profesor, Guru Besar Ilmu Politik dengan angka kredit 922," tulis ketetapan yang dibacakan Wakil Rektor Bidang Akademik, Ahmad Thalabi Kharlie saat Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar Bidang Sosial Humaniora, Universitas Islam Negefi Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta, di Auditorium Harun Nasution, Ciputat, Banten, Rabu (29/11/2023).

Dalam orasinya, Burhan mengangkat karya ilmiahnya berjudul: Votes For Sale, Kileintelisme, Defisit Demokrasi, dan Institusi. Burhanuddin mengulas soal mekanisme jual beli suara dan strategi efektivitas politik uang dalam mempengaruhi pilihan selama Pemilu langsung digelar.

Baca juga : Unika Atma Jaya Kukuhkan Djoko Setyanto Jadi Guru Besar Ilmu Mekanika Material

Melalui survei nasional repre­sentatif 2014 dan 2019, Burhan menemukan sekitar 33 persen pemilih terlibat praktik jual beli suara.

"Sekitar 33 persen, atau sekitar 63 juta pemilih terpapar jual beli suara. Atau satu dari tiga orang pemilih di Indonesia, terpapar politik uang," kata Burhan.

Dosen Fakultas Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah ini men­gatakan, kondisi itu menjadikan Indonesia sebagai negara demokrasi dengan tingkat politik uang terbesar ketiga di dunia. Posisinya di bawah Uganda dan Benin.

Baca juga : Guru Besar UIN Jakarta Dorong Perbaikan MK Pasca Putusan MKMK

Sikap partisan konsisten men­jadi prediktor terkuat dalam pusara politik uang di Indonesia. Pemilih partisan jadi target operasi potensial terbesar politik jual beli suara. "Segmen ini jadi rebutan semua partai," katanya.

Namun, sejatinya, pemilih partisan jumlahnya amat se­dikit, hanya 15 persen dari total pemilih. Sementara dalam datanya, jumlah pemilih yang tidak partisan, jumlahnya lebih besar, 85 persen.

Ternyata, politik uang juga terjadi di pemilih yang bukanpar­tisan, yang tidak punya komitmen dengan partai politik manapun.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.