Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - PLN dimarahi karena tidak belajar dari pengalaman. Blackout pernah terjadi, sekarang terjadi lagi. Berulang- ulang. Karut marut soal pangan, yang sudah sering terjadi, lebih parah lagi.
Para pejabat yang menjadi “korban”, juga cukup banyak. Sebut misalnya Ketua DPD Irman Gusman yang terlibat kasus impor gula.
Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, kasus korupsi impor daging sapi. Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Patrialis Akbar terseret kasus suap dalam uji materi UU tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ini terkait impor daging juga.
Sekarang muncul nama I Nyoman Dhamantra. Anggota Fraksi PDIP di DPR terseret kasus impor bawang putih. Dia sudah ditahan KPK. Penahanan ini terkait rangkaian Operasi Tangkap Tangan yang
Baca juga : Mati Listrik, Pohon Tinggi
dilakukan KPK mulai Rabu (7/8) malam pekan lalu. Selain bukti transfer Rp 2 miliar ke rekening Nyoman, KPK juga me- nyita duit USD 50 ribu. Nama Nyoman “tiba-tiba” muncul.
Namanya tidak terlalu popular. Tapi dia bisa “bermain” di celah-celah yang tak terpantau publik. Di tempat yang dinilai cukup “basah”.
KPK menduga, dalam kasus ini ada alokasi fee Rp 1.700 sampai dengan Rp 1.800 untuk setiap kilogram bawang putih yang diimpor ke Indonesia. Bagaimana dengan impor-impor lain?
Apakah ada “permainan” seperti ini juga? Apakah Nyoman hanya kena apes saja sementara yang lain lebih beruntung?
“Permainanan” ini membuat rakyat terpaksa membayar lebih mahal. Para ahli menyebutnya “ekonomi biaya tinggi”.
Keluhan ini sudah sangat lama. Berulang-ulang. Kenapa terus terjadi? Kenapa kelihatannya sangat sulit diberantas? Memang ada beberapa celah.
Salah satunya, perbedaan data antar lembaga. Yang satu bilang stok cukup, sehingga tak perlu impor, yang lain lain bilang stok kurang, maka harus impor.
Kalau impor, siapa dan perusahaan mana yang ngimpor, berapa kuota impornya? Di sini celahnya. Pertanyaannya sederhana: kenapa urusan data tak bisa dikoordinir dan disikronkan? Bukankah negeri ini banyak orang pintarnya?
Baca juga : Hukuman Mati Untuk Koruptor?
Kalau dibandingkan dengan kasus blackout, ini mirip-mirip dengan menuduh pohon sengon sebagai penyebab matinya listrik separuh Jawa- Bali. Tampak sepele.
Persoalan lain yang sebenarnya sangat standar adalah penegakan hukum yang tegas dan tak kenal kompromi. Ini sangat-sangat diperlukan. Siapa pun yang “bermain”, tindak tegas.
Apakah ini sangat sulit? Kalau pohon sengon bisa disalahkan dan menjadi tersangka, kenapa “pohon-pohon” lain seolah dibiarkan tumbuh tinggi dan rimbun? Kasihan pohon sengon kalau hanya dia sendiri yang jadi tersangka. ***
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.