Dark/Light Mode

Jangan Mau Diadu Domba

Minggu, 25 Agustus 2019 05:07 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Hati-hati. Jangan sampai Indonesia masuk perangkap adu domba. Ketika banyak pihak merasa paling benar, fanatik berlebihan, peluang diadu domba, sangat besar.

Di beberapa belahan dunia, sikap yang ekstrem memang tengah terjadi. Di Brazil, ada Bolsonaro. Di Amerika ada Trump, di Inggris ada Brexit.

Di Indonesia? Kita berharap tidak ada. Hanya saja, perlu diingatkan, sikap politik yang sangat fanatis, sangat rentan dibenturkan.

Sikap politik berbasis agama maupun nasionalis, sama saja. Kalau sikap politik berbasis agama mengklaim sebagai yang paling agamis, paling benar, itu akan membangkitkan amarah kelompok lain.

Baca juga : Ini Tantangan Yang Dihadapi Industri Kopi Lokal

Begitu pula kalau kelompok ultra nasionalis dan sekuler menilai kelompok  yang berbeda paham atau isme, aliran politik, atau yang menampilkan nuansa keagamaan, sebagai ancaman, juga berbahaya.

Berawal dari sikap yang berlebihan, kemudian saling menilai, saling menjelekkan dan saling menghina. Lalu lahirlah benih fanatisme, militan, radikal sampai ekstrem yang overdosis.

Sikap fanatisme-agresif yang berlebihan bisa menghilangkan akal sehat. Hanya memncari pembenaran, bukan kebenaran. Apalagi kalau sudah ada benih kebencian, apa pun bisa jadi sumber masalah. Beda pilihan musik pun, jadi masalah.

Seorang fanatik-agresif bisa marah dan benci bahkan ketika lagu favoritnya dinyanyikan dengan sangat indah oleh orang yang berbeda paham dengannya.

Baca juga : Oposisi Jangan Banci

Ini berbeda dengan orang yang tidak terlalu fanatik. Sedang-sedang saja. Bagi mereka, hanya ada dua jenis musik. Pertama, yang enak didengar. Kedua, yang tidak enak didengar. Apa pun jenisnya. Siapa pun penyanyinya.

Yang bahaya kalau masing-masing kelompok fanatik ini merasa harus menyingkirkan yang lain. Apalagi kalau ada yang membenturkannya. Ada yang mengadu domba. Gawat.

Ketika banyak pihak merasa dirinya paling benar, maka pemenangnya kaum globalis, pragmatis, mereka yang mencari keuntungan, di mana pun.

Mereka, kaum globalis-pragmatis, bermain lintas negara. Tak peduli nasionalis, agama, isme, ideologi, pilihan politik apa pun, bisa mereka adu dan benturkan.  Untuk kepentingan mereka sendiri. Kepentingan ekonomi atau politik.

Baca juga : Jangan Ragukan Integritas Pansel KPK

Apakah Indonesia sudah masuk perangkap ini? Semoga tidak. Jangan sampai bangsa ini masuk perangkap pertarungan global-pragmatis. Diadu domba, dibentur-benturkan atau menjadi arena proxy war. Karena, keutuhan serta kedamaian bangsa dan negara menjadi taruhannya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.