Dark/Light Mode

Hubungan Utang & Pertumbuhan Ekonomi

Jumat, 12 Juli 2024 00:07 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Jumlah utang Pemerintah terus bertambah. Per Mei 2024, jumlahnya sudah mencapai Rp 8.353,02 triliun. Angka ini naik sebesar Rp 14,59 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp 8.338,43 triliun. Jumlah ini berpotensi terus naik. Apalagi, ada wacana, di pemerintahan Prabowo Subianto nanti, rasio utang dinaikkan menjadi 50 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Hal ini nembuat banyak pihak gusar dan cemas: siapakah yang akan bayar utang yang semakin menggunung ini? Belum lagi terus bertambah bunganya, semakin tenggelam saja negeri ini di lautan utang.

Apakah seburuk itukah nasib bangsa ini ke depan? Kalau kurang baca, maka akan panik mendengar terus meningkatnya angka-angka utang Pemerintah. Dan langkah Pemerintah berutang ini merupakan makanan empuk lawan politik.

Baca juga : Lupa dengan Polusi Udara

Fakta ini digoreng dan dikesankan sebagai bentuk kegagalan negara dalam mengelola keuangan dan aset negara. Gorengan ini juga cukup ampuh membakar emosi masyarakat. Buktinya, banyak sekali rakyat kita yang termakan gorengan isu ini.

Rakyat tidak salah dengan persepsi seperti itu. Karena pengetahuan umum dalam kehidupan sehari-hari rakyat, ketika seorang berutang, itu pertanda yang bersangkutan miskin. Apalagi pinjamnya ke rentenir atau yang saat ini heboh, ke pinjaman online alias pinjol, yang suka mematok bunga pinjaman mencekik.

Penjelasannya panjang, kenapa bangsa ini harus tenang walau banyak utang. Pertama, berutang itu bukan berarti negeri ini miskin. Berutang itu hanya soal likuiditas. Negara ini perlu uang tunai untuk membayar biaya kegiatan pembangunan, jaring sosial, dan sebagainya. Semuanya harus dibayar segera.

Baca juga : Menjaga Moral Komisioner KPU

Seiring berjalannya tahun anggaran, pendapatan negara dari pajak dan bukan pajak mulai masuk. Pemasukan itu bisa digunakan untuk membiayai kebutuhan negara dan juga mencicil utang di awal tahun.

Selain itu, negara ini kaya dan punya harta kekayaan tidak bergerak yang perlu waktu untuk diubah bentuk jadi uang. Karena kaya, di negara ini banyak aset yang bisa dijaminkan dan dikapitalisasi jadi uang di masa yang akan datang. Uang utangan itu uang kita. Ini hanya soal manajemen cashflow saja. Negeri ini punya kemampuan untuk bayar.

Apalagi uang utangan itu juga ada yang dipakai untuk investasi pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, bendungan, bandara, jembatan, dan sebagainya. Selain kelak dibayarkan dengan hasil keuntungan infrastruktur tadi, juga dibayar dengan bergeraknya ekonomi masyarakat, karena terbuka akses ekonomi hingga pelosok.

Baca juga : Pertarungan Politik Tak Kenal Berhenti

Sumbangan pertumbuhan ekonomi itu tidak harus langsung. Banyaknya bahkan tidak langsung, akibat spending dana utangan untuk memperbaiki infrastruktur.

Mekanisme ekonomi bergerak sendiri jika rakyat punya akses yang baik ke pusat-pusat ekonomi. Uang akan mengalir deras ke tempat yang aksesnya terbuka luas dan mudah.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.