Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Terkecoh “Air Panas”

Selasa, 24 November 2020 09:09 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Karena sering berpindah isu, bangsa ini tak bisa fokus. Menclak-menclok. Mudah terombang-ambing. Selama Covid-19 banyak sekali isu yang datang. Silih berganti. Disertai demo. Bahkan ada yang meninggal.

Kasus-kasus besar mulai dari ribut-ribut soal revisi UU KPK, RUU KUHP, RUU Minerba, RUU HIP, RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, Omnibus Law, RUU minuman keras, pilkada serentak, kebakaran Gedung Kejagung; muncul menghiasi jagat isu.

Kasus-kasus yang menyeret nama-nama besar juga timbul tenggelam. Ada Harun Masiku, kasus Djoko Tjandra yang mengguncang dunia hukum dan aparat hukum, juga kasus mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi. Di sela-sela itu, ada kasus-kasus video syur mirip artis.

Baca juga : Jangan “Tidurkan” Uang Di Bank

Sekarang kasus Habib Rizieq. Kasus ini juga dibumbui oleh isu lonte, spanduk, dan baliho.

Isu-isu tersebut bergilir menjadi headline dan perhatian utama. Menggeser isu-isu sebelumnya. Lalu, nasib KPK, Omnibus Law, KUHP dan sebagainya pelan-pelan meredup.

Karena ada “budaya” seperti ini, pihak luar dengan mudah melempar isu di tengah-tengah kerumunan bangsa Indonesia. Meletupkan petasan. Bangsa ini kemudian disibukkan oleh isu-isu yang dilempar itu.

Baca juga : Kisah Pendekar Dan Seekor Naga

Bahkan, bisa saja, oleh pihak yang tidak ingin Indonesia maju, bangsa ini dibuat hanya sebagai “pemadam kebakaran”. Melempar isu yang yang mengundang pro-kontra. Diadu domba atau teradu-domba. Berkelahi sendiri. Tak bisa lagi memikirkan hal-hal besar, substantif dan mendasar.

Melihat fenomena ini tiba-tiba teringat pertandingan sepakbola tarkam di kampung. Ketika menonton di pinggir lapangan, biasanya ada saja orang yang dari belakang meneriakkan “awas air panas, awas air panas!”

Mendengar peringatan itu, penonton di depan semuanya minggir. Memberi jalan. Takut kecipratan air panas. Setelah jalan terbuka, orang itu kemudian maju, berdiri paling depan. Mana air panasnya Tak ada. Terkecoh.

Baca juga : Polarisasi, Cari Obatnya!

Repotnya, selagi fokus ke “awas air panas”, ada gol tercipta. Gol tak sempat dilihat. Siapa pencetak golnya, juga tak tahu. Yang tampak hanya gemuruh penonton yang bersorak ke girangan.

Si “pembawa air panas” tak jelas lagi posisinya. Mungkin berpindah tempat. Pergi ke kerumunan lain sambil mengingatkan dari belakang, “awas air panas, awas air panas!”

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.