Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ketua KPSN Ungkap Konsekuensi Perjuangan Perbaiki PSSI

Sabtu, 23 Maret 2019 22:24 WIB
Mantan Ketum PSSI Edy Rahmayadi. (Foto : istimewa)
Mantan Ketum PSSI Edy Rahmayadi. (Foto : istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mudurnya Edy Rahmayadi sebagai ketua PSSI masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Sempat disebut-sebut Edy mundur akibat tekanan dari Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN).

Wartawan senior terkemuka, Yesayas Oktovianus, dalam program acara Mata Najwa yang mengusung tema, "PSSI Bisa Apa III: Saatnya Revolusi!", Rabu (23/1/2019), sempat menyinggung nama komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN).

Baca juga : BI Dukung Akselerasi Perekonomian Provinsi Kepri

KPSN tersebut disebut oleh Yesayas sengaja dibentuk untuk melengserkan Edy Rahmayadi yang waktu itu menjabat sebagai Ketua PSSI. Yesayas juga sempat menyinggung nama ketua dari KPSN yaitu Suhendra Hadikuntono. Yesayas yang mengklaim sebagai pendiri dan sekaligus Ketua KPSN pertama selama satu hari, memilih untuk mundur karena merasa tak sanggup memenuhi target yang ada.

Suhendra menjelaskan kalau KPSN didirikan atas dasar rasa keprihatinan yang mendalam atas prestasi sepak bola nasional yang tidak mampu bersaing baik di tingkat regional maupun dunia, dan salah satu penyebabnya adalah maraknya match-fixing.

Baca juga : Sejumlah Warga Sentani Kekurangan Air Bersih

Suhendra berkata bahwa tujuan KPSN bukan membuat Edy Rahmayadi mundur tetapi memberantas match-fixing dan melakukan perubahan terhadap PSSI ke arah yang lebih baik. Bahwa kemudian ada yang mundur, kata Suhendra, itu adalah sebuah konsekuensi dari perjuangan.

Selain itu, KPSN dibentuk demi mengembalikan PSSI ke khittah-nya pada 19 April 1930 di Yogyakarta, yakni sebagai alat perjuangan dan pemersatu bangsa serta sarana menyejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju melalui prestasi sepak bola nasional.

Baca juga : KBRI Kopenhagen Garap Potensi Wisata Pensiunan Denmark

“Bahwa dalam perjuangan ke arah PSSI yang lebih baik itu ada pihak-pihak yang menjadi korban, misalnya Ketua Umum mundur atau Plt Ketua Umum menjadi tersangka, itu konsekuensi perjuangan," tutur Suhendra. "Revolusi kadang-kadang memang menelan anak kandungnya sendiri,” ujar Suhendra lagi.

Pernyataan itu sekaligus menampik isu balas dendam politik, karena partai yang didukung Suhendra kalah dalam Pilkada Sumut 2018. "Tapi kalau mau dianggap saya kalah di Sumut, kemudian menang di PSSI, berarti skornya jadi 1-1," kata Suhendra. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.