RM.id Rakyat Merdeka - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengajukan kesepakatan damai dengan para kreditur terkait penyelesaian utang perusahaan. Penawaran itu diyakini sebagai solusi terbaik untuk kedua belah pihak.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra membeberkan, sejauh ini pihaknya telah melakukan segala upaya agar perseroan survive. Salah satunya, selama proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) berlangsung, Garuda telah memaksimalkan komunikasi intensif dengan para pemangku kepentingan. Terutama, para kreditur dan lessor, hingga akhirnya berhasil ditetapkan Daftar Piutang Tetap (DPT).
Baca juga : Anggota Bawaslu Dukung Puan Maharani Soal Efektivitas Dan Efisiensi Anggaran Pemilu
Kamis (9/6), bos dari emiten berkode saham GIAA ini memaparkan Proposal Perdamaian sebagai bagian dari tahapan proses PKPU. Dalam Proposal Perdamaian tersebut, turut disampaikan sejumlah usulan penyelesaian kewajiban usaha.
Ditegaskan Irfan, sejumlah usulan penyelesaian kewajiban usaha yang tertuang dalam kerangka rencana perdamaian tersebut, adalah terkait penyelesaian kewajiban usaha melalui arus kas operasional.
Baca juga : Apartemen Skandinavia Berikan Solusi Investasi di tengah Inflasi
Selain itu, ada juga konversi nilai utang menjadi ekuitas, modifikasi ketentuan pembayaran baru jangka panjang dengan periode tenor tertentu, hingga penawaran instrumen restrukturisasi. Baik itu dalam bentuk surat utang baru maupun ekuitas.
“Adapun skema restrukturisasi yang ditawarkan akan menyesuaikan dengan kelompok kreditur, yang telah diklasifikasikan berdasarkan nilai kewajiban usaha maupun jenis entitas bisnis masing-masing kreditur,” jelas Irfan dalam keterangan resminya yang dikutip, Senin (13/6).
Baca juga : Erick Dijodohin Sama Ganjar Hingga Khofifah
Irfan menegaskan, Proposal Perdamaian tersebut disusun untuk menghasilkan solusi terbaik dan optimal dalam penyelesaian kewajiban usaha. Yakni, dengan mempertimbangkan rencana bisnis, kondisi pasar, dan berbagai masukan dari kreditur.
Terkait dengan instrumen restrukturisasi, baik dalam bentuk surat utang baru maupun ekuitas, Garuda akan menawarkan penyelesaian kewajiban usaha. Khususnya kepada lessor, finance lessor, vendor Maintenance, Repair dan Overhaul (MRO), produsen pesawat hingga kreditur lainnya. Di mana semua itu mencapai nilai tagihan di atas Rp 255 juta, yakni melalui penerbitan surat utang baru dengan nilai total 800 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 11,75 triliun, serta ekuitas dengan nilai total 330 juta dolar AS atau senilai Rp 4,84 triliun.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.