RM.id Rakyat Merdeka - PT Pupuk Kalimantan Timur (Persero) atau Pupuk Kaltim (PKT), memastikan akan merealisasikan pembangunan pabrik amonia dan urea di Fakfak, Papua Barat, pada semester II tahun 2027. Jika berjalan mulus, PKT sanggup memenuhi 80 persen kebutuhan pupuk tersebut di dalam negeri.
Pabrik tersebut diestimasi memiliki kapasitas sekitar 2 juta ton, dengan rincian 1,15 juta ton urea dan 825 ribu ton amoniak. Dengan begitu, diproyeksi pada 2030, kapasitas penyediaan pupuk amonia dan urea anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) itu, bisa mencapai 6-7 juta ton.
Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi bilang, dengan ditambah kapasitas yang ada di pabrik Fakfak tersebut, pihaknya bisa memenuhi ketersediaan amonia dan urea sebesar 80 persen dari kebutuhan urea di dalam negeri.
Baca juga : KSP Moeldoko Apresiasi Pupuk Kaltim Dukung Ketahanan Pangan
“Upaya ini merupakan respons peluang pasar global, sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional,” ucap Rahmad dalam paparan kinerja sekaligus buka puasa bersama, di Jakarta, Rabu (29/3) petang.
Pembangunan pabrik di Papua Barat merupakan mandat dari Pemerintah untuk melaksanakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Jika nanti telah beroperasi, PKT yang tadinya ada di posisi ke-6 di Asia Pasifik, akan bisa menduduki posisi ke-4.
“Pembangunan pabrik ini akan memenuhi tren peningkatan kebutuhan pupuk, mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan masyarakat, khususnya di Indonesia Timur,” jelasnya.
Baca juga : Dukung Inovasi Berkelanjutan, Pupuk Kaltim Borong Prestasi Di TKMPN 2022
Terkait progresnya saat ini, Rahmad menyampaikan, PKT masih terus berkoordinasi dengan berbagai pihak termasuk Pemerintah Pusat dan Daerah, maupun pemangku kepentingan lainnya untuk kelancaran dimulainya pembangunan pabrik di Fakfak, Papua Barat.
Sebagai tambahan dari rencana strategis tersebut, PKT juga melakukan pengembangan bisnis di sektor hilirisasi petrokimia dan energi terbarukan. Hilirisasi tersebut mencakup pengembangan produksi amonium nitrat, yang diperkirakan dapat memenuhi sekitar 0,8 persen dari permintaan global. Serta, produksi soda ash yang ditargetkan dapat menjadi substitusi impor hingga 30 persen dari kebutuhan nasional.
Untuk menghadapi kemungkinan pertumbuhan pasar ke depannya, PKT turut mempertimbangkan aspek pengembangan skala produksi, dengan penerapan prinsip geographical excellence dalam pembangunan kompleks pabrik baru di Pulau Cendrawasih tersebut.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.