BREAKING NEWS
 

Facebook Tuding Peretas Iran Coba Intervensi Pilpres AS

Reporter : PAUL YOANDA
Editor : MUHAMMAD RUSMADI
Rabu, 28 Oktober 2020 14:16 WIB
Pelatihan spesialis perang siber AS di Pangkalan Pengawal Nasional Udara Warfield di Maryland. [Foto: usip.org]

RM.id  Rakyat Merdeka - Dugaan adanya intervensi asing terhadap Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) yang berlangsung pekan depan kembali muncul. Aplikasi media sosial Facebook mengungkap, peretas Iran mengirim email pesan dan informasi palsu tentang sistem pemilu di Negeri Paman Sam itu.

Tak cuma Facebook, pekan lalu, para pejabat AS juga menuding keterlibatan Iran atas ribuan email yang mengancam, dan video yang menunjukkan peretas berusaha membobol sistem pendaftaran pemilih.

Pihak Facebook mengatakan telah menonaktifkan akun palsu yang berusaha membagikan video di situsnya. Akun itu menyebabkan lebih dari 20 akun lain di Facebook dan Instagram mengungkapkan operasi disinformasi.

Baca juga : Ketua MPR Minta Pemerintah Gencarkan Sosialisasi Esensi UU Ciptaker

"(Akun itu) jugs menargetkan sejumlah negara. Termasuk Israel dan Arab Saudi pada 2019," bunyi pernyataan aplikasi yang didirikan Mark Zuckerberg itu.

Nathaniel Gleicher, Kepala Kebijakan Keamanan siber Facebook mengatakan, akun yang baru ditemukan sebagian besar tidak aktif. Terkait hal ini, Badan Intelijen AS masih menganalisis, pihak mana di Iran yang memerintahkan operasi peretasan dan perencanaannya. Kantor berita Reuters menyebut, setidaknya ada tiga orang yang disebut mengetahui masalah itu.

Adsense

Gleicher menambahkan, Selasa (27/10) waktu setempat, timnya menemukan sejumlah kecil tautan teknis ke jaringan disinformasi yang ditangguhkan pada April lalu, yang dikaitkan dengan Iran. Serta koneksi kepada seseorang yang terkait dengan pemerintah Iran.

Baca juga : Israel Ajak Dunia Internasional Tekan Turki

Facebook juga mengatakan, telah menangguhkan dua halaman dan 22 akun Instagram yang dijalankan oleh orang-orang dari Meksiko dan Venezuela yang menggunakan identitas palsu dan bentuk lain perilaku tidak autentik yang terkoordinasi. Mereka disebut memposting tentang peristiwa terkini dan politik di AS.

Beberapa akun juga menyamar sebagai warga AS. Mereka memposting dalam bahasa Spanyol dan Inggris tentang sejumlah topik. Termasuk masalah ras, feminisme dan lingkungan. "Mereka diidentifikasi mengikuti petunjuk dari FBI," terang Gleicher.

Meskipun tidak jelas siapa yang berada di balik aktivitas tersebut, beberapa akun memposting gambar dengan teks yang sebelumnya digunakan oleh Badan Riset Internet, sebuah organisasi Rusia yang menurut Jaksa Penuntut AS, memainkan peran kunci dalam upaya Rusia untuk mempengaruhi Pemilu AS pada 2016 lalu.

Baca juga : Partai Gelora Dukung Delapan Calon Independen Di Pilkada 2020

Lebih lanjut, Gleicher menyebut, kedua jaringan, serta operasi ketiga yang menargetkan pengguna Internet di Myanmar, telah ditangkap, sebelum mereka menarik banyak pengikut.

Namun dia mengatakan, mereka yang berniat jahat semakin berupaya lebih jauh melakukan upaya campur tangan di Pilpres AS. Tujuan mereka, untuk menyebarkan ketidakpercayaan dan perpecahan. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense