BREAKING NEWS
 

Ucapan Imlek Dari Para Pemimpin Dunia, Isyaratkan Sinyal Positif Di Tengah Situasi Sulit

Reporter & Editor :
FIRSTY HESTYARINI
Sabtu, 13 Februari 2021 20:47 WIB

RM.id  Rakyat Merdeka - Para analis China menilai, maraknya ucapan Tahun Baru Imlek dari para pemimpin dunia seperti Presiden AS Joe Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres merupakan sinyal positif bagi persatuan dan persahabatan antar bangsa.

Ini adalah kali pertama Biden dan istri, Jill Biden mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek kepada warga Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik.

Lewat pesan video yang diposting di Twitter pada Jumat (13/2), keduanya mengatakan seluruh tindakan rasisme, pelecehan, kejahatan rasial terhadap warga Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik tidak dapat dibenarkan.

Baca juga : Silaturahminya Digital Aja Angpaunya Ditransfer Ya...

Biden dan istri menyerukan warganya, untuk terus menguatkan persatuan bangsa.

Pada Rabu (10/2) menjelang Tahun Baru, Biden juga menyampaikan ucapan selamat Tahun Baru Imlek kepada seluruh masyarakat China dan Presiden China Xi Jinping, dalam pembicaraan telepon dengan Xi.

Analis China menilai, pernyataan Biden soal rasisme dalam ucapan Selamat Tahun Baru Imlek, menunjukkan tekad kuat Presiden AS ke-46 itu untuk mengakhiri warisan destruktif dari pemerintahan sebelumnya, yang dipimpin Donald Trump.

Baca juga : Zainudin Amali Ingatkan ASN Kerja Kreatif di Tengah Pandemi

Seperti diketahui, Trump kerap bertindak rasis dan menyalahkan China atas pandemi dengan menyebut virus corona baru sebagai "virus China". Penyebutan itu tidak hanya merugikan masyarakat China, tetapi juga warga Asia lainnya.

"Ucapan selamat yang disampaikan Biden menunjukkan bahwa, elit AS saat ini menginginkan negaranya kembali ke postur politik yang lebih rasional. Ini juga menjadi sinyal koperatif AS, untuk menjawab tantangan bersama. AS juga tak punya alasan untuk mengembangkan kebencian dan rasisme terhadap negara lain, termasuk China," kata Li Haidong, Profesor Institut Hubungan Internasional Universitas Urusan Luar Negeri China, kepada Global Times, Sabtu (13/2).

Menurut keterangan yang dirilis Gedung Putih, AS menekankan divergensi lebih dari sekadar kerja sama. Terutama, pada urusan dalam negeri dan isu-isu yang menjadi kepentingan utama China seperti Hong Kong, Xinjiang dan Taiwan.

Baca juga : Pemimpin Dunia Kecam Aksi Brutal Massa Pro Trump Di Kuil Demokrasi AS

Dalam hal ini, para ahli China mengatakan, tantangan pemulihan hubungan China-AS masih terbuka. Kuncinya adalah bagaimana mengelola subyek yang penuh beban.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense