BREAKING NEWS
 

IMF Dan ADB Muji-muji Ekonomi RI

Semoga Tidak Ada Udang Di Balik Batu

Reporter : NUR ROCHMANNUDIN
Editor : ADITYA NUGROHO
Jumat, 22 Juli 2022 07:30 WIB
Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva (kiri) mencoba membatik saat melakukan kunjungan di gedung Sarinah, Jakarta, Minggu (17/7/2022). (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/YU).

 Sebelumnya 
Berdasarkan catatan pemerintah, realisasi investasi di Indonesia naik 35,5 persen menjadi Rp 302,2 triliun pada kuartal II-2022. “Jadi hoaks menurut saya kalau ada yang bilang bahwa ekonomi di ujung persoalan,” cetus Bahlil.

Bank Indonesia (BI) juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 pada kisaran perkiraan 4,5-5,3 persen. Perekonomian akan tetap tumbuh ditopang oleh perbaikan mobilitas masyarakat dan aktivitas dunia usaha.

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, perbaikan ekonomi domestik diperkirakan terus berlanjut. Ekonomi domestik kuartal II-2022 akan terus membaik yang ditopang peningkatan konsumsi dan investasi nonbangunan, serta kinerja ekspor yang lebih tinggi dari proyeksi awal.

Baca juga : PLN: Transisi Energi Bikin Ekonomi RI Bergeliat dan Kesejahteraan Melesat

Berbagai indikator dini pada Juni 2022 dan hasil survei BI terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur mengindikasikan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi domestik.

“Dari sisi eksternal, kinerja ekspor lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Khususnya pada komoditas batu bara, bijih logam, dan besi baja didukung oleh permintaan ekspor yang tetap kuat dan harga komoditas global yang masih tinggi,” terang Perry.

Sementara Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mencium, ada udang di balik batu atas puja puji IMF dan ADB. Apalagi kondisi ekonomi global krisis.

Baca juga : Awas, Petani Beralih Profesi

Jadi tidak ada yang bisa jamin kondisi ekonomi Indonesia akan tetap aman. “Jadi puja-puji terhadap ekonomi Indonesia kuat, ini sebenarnya masih sangat prematur. Jadi memang perlu diwaspadai, perlu diperhatikan,” tutur Bhima saat dihubungi, tadi malam.

Menurut dia, pujian tersebut mirip seperti krisis 1998. Sebelum krisis terjadi, Indonesia dipuji sebagai ASEAN Tiger. Saat itu Indonesia dianggap sebagai negara yang memiliki masa depan cerah dengan prospek gemilang. Namun, ketika terjadi krisis Asia, Indonesia menjadi salah satu yang paling menderita.

Daripada jumawa dipuji dua lembaga internasional, lebih baik pemerintah waspada, dengan memperbaiki sejumlah faktor yang sifarnya fundamental. Di antaranya industrialisasi dan ketahanan fiskal.

Baca juga : STY Janji Bikin Timnas Makin Garang Di Piala Asia

Lalu kenapa ekonomi Indonesia masih kuat? Menurut dia, inflasi belum melesat karena APBN masih kuat menahan. Salah satunya dengan menyalurkan subsidi. “Tapi berapa lama? Kalau dana subsidi dan dana kompensasi untuk energi bengkak, misalnya lebih dari Rp 600 triliun, tentu nggak bisa bertahan lama,” pungkasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense