Sebelumnya
Indonesia harus mampu mengejar perkembangan teknologi terkini dan mereformasi kebijakan untuk lebih mendukung pengembangan sumber EBT. Perlu adanya kolaborasi global dari negara maju agar terjadi transfer pengetahuan dan teknologi.
Teknologi dan komponen yang diperlukan untuk energi terbarukan seperti pembangkit tenaga matahari, angin, dan pasang surut, juga masih bergantung pada negara maju. Biaya teknologi untuk EBT masih lebih tinggi daripada bahan bakar fosil. Itulah sebabnya, kami terbuka untuk kemitraan dan kolaborasi, guna mendorong inovasi dan menurunkan biaya teknologi.
Transisi energi merupakan tantangan bagi semua. Tetapi juga harus dilihat sebagai peluang untuk menciptakan masa depan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan menerapkan skenario dan roadmap yang kuat, terutama untuk aspek pembiayaan.
Baca juga : Target Jadi Bank Terbaik & Terbesar di Asia Tenggara
Untuk mengatasi masalah pembiayaan, diharapkan lebih banyak investasi akan masuk, baik internasional maupun domestik, untuk meningkatkan mekanisme pembiayaan global dalam mendukung proyek transisi energi dan dekarbonisasi. Diperlukan kebijakan dalam hal kemudahan dan insentif untuk EBT, agar investor lebih tertarik masuk ke Indonesia.
Tantangan lainnya?
Kesiapan SDM. Akan muncul peluang kerja baru dengan adanya transisi energi. Namun, dengan penurunan produksi dan demand energi fosil secara bertahap, akan terjadi perubahan dalam penciptaan lapangan kerja di bidang sektor minyak dan gas. Berdasarkan data dari SKK Migas, ada sekitar 22.600 pekerja langsung di sektor hulu. Ini belum termasuk di sektor hilir, seperti pengolahan, distribusi, pemasaran hingga lembaga penyalur, dan industry pendukung lainnya. Jika kita bicara tentang kendaraan listrik saja, ada sekitar 1,5 juta tenaga kerja dalam mata rantai industri otomotif saat ini, yang mungkin akan terdampak.
Baca juga : Top, Nicke Widyawati Raih Penghargaan Most Powerful Women 2022
Untuk itu, transisi energi harus disiapkan dengan memastikan kemampuan sumber daya manusia untuk mengakomodasi perubahan. Misalnya, transfer of knowledge, upskilling & workshop. Transisi tenaga kerja harus dipercepat sebagai upaya antisipasi dampak langsung mapun tidak langsung terhadap sektor tenaga kerja. Oleh karena itu, penting untuk melakukan perencanaan tenaga kerja strategis secara jangka panjang, menetapkan berbagai kebijakan dan peraturan untuk mendukung peningkatan keterampilan tenaga kerja yang inklusif untuk menghadapi transisi energi.
Selain itu, kondisi geografis Indonesia, juga menjadi tantangan tersendiri. Konsep interkoneksi tidak tepat untuk diterapkan dalam proses transisi energi di dalam negeri, mengingat kondisi geografis. Konsep interkoneksi akan menjadikan proses transisi energi lebih mahal dan keandalan pasokan menjadi tidak terjamin. Maka yang harus didorong, selain industri harus kita garap untuk transisi, kita juga harus membangun desentralisasi. Jadi kemandirian energi di daerah yang menggunakan sumber daya alam yang ada di daerah tersebut.
Bagaimana Pertamina mempromosikan ketahanan energi Indonesia? Sementara pada saat yang sama mempercepat transisi…
Baca juga : Nicke Widyawati, Tokoh Ketahanan Energi Nasional
Terdapat lima aspek yang dibutuhkan dalam ketahanan energi. Yaitu Availability, Accessibility, Affordability, Acceptability, dan Sustainability. Dengan kelima aspek itu, energi fosil tetap berjalan paralel dengan program bauran energi. Sebagai catatan, Indonesia menargetkan komposisi EBT pada tahun 2025 mencapai 23 persen dari total kapasitas terpasang, dan 31 persen pada 2050. Hari ini produk renewable energy di Pertamina masih 3 persen akan ditingkatkan jadi 17 persen pada 2030. Saat ini, dominasi Indonesia sisanya dari fosil, yaitu BBM dan gas. Jadi Pertamina harus tetap menyediakannya, namun Pertamina memiliki program dekarbonisasi.
Transisi energi harus direncanakan dengan baik untuk memastikan keamanan energi dan aksesibilitas energi bagi seluruh masyarakat tetap terjaga. Pertamina akan mempercepat transisi energi menuju penggunaan energi yang berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau, serta meningkatkan ketahanan energi.
Pertamina terus berupaya memaksimalkan kinerja operasi dalam rangka menjaga ketahanan energi nasional. Capaian unggul operasional terlihat nyata di sektor hulu, Pertamina mampu meningkatkan produksi migas sebesar 965 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 850 MBOEPD.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.