Dark/Light Mode

Eksklusif Dengan Dirut Pertamina, Nicke Widyawati

Kami Aktif Mengembangkan Bisnis Baru EBT

Sabtu, 29 Oktober 2022 07:50 WIB
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (Foto: Instagram/nicke_widyawati)
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (Foto: Instagram/nicke_widyawati)

 Sebelumnya 
Indonesia harus mampu mengejar perkembangan teknologi terkini dan mereformasi kebijakan untuk lebih mendu­kung pengembangan sumber EBT. Perlu adanya kolaborasi global dari negara maju agar terjadi transfer pengetahuan dan teknologi.

Teknologi dan komponen yang diperlukan untuk energi terbaru­kan seperti pembangkit tenaga matahari, angin, dan pasang su­rut, juga masih bergantung pada negara maju. Biaya teknologi untuk EBT masih lebih tinggi daripada bahan bakar fosil. Itulah sebabnya, kami terbuka untuk kemitraan dan kolaborasi, guna mendorong inovasi dan menurunkan biaya teknologi.

Transisi energi merupakan tan­tangan bagi semua. Tetapi juga harus dilihat sebagai peluang untuk menciptakan masa depan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan menerapkan skenario dan roadmap yang kuat, terutama untuk aspek pembiayaan.

Baca juga : Target Jadi Bank Terbaik & Terbesar di Asia Tenggara

Untuk mengatasi masalah pembiayaan, diharapkan lebih banyak investasi akan masuk, baik internasional maupun do­mestik, untuk meningkatkan mekanisme pembiayaan global dalam mendukung proyek tran­sisi energi dan dekarbonisasi. Diperlukan kebijakan dalam hal kemudahan dan insentif untuk EBT, agar investor lebih tertarik masuk ke Indonesia.

Tantangan lainnya?

Kesiapan SDM. Akan muncul peluang kerja baru dengan adanya transisi energi. Namun, dengan penurunan produksi dan demand energi fosil secara ber­tahap, akan terjadi perubahan dalam penciptaan lapangan kerja di bidang sektor minyak dan gas. Berdasarkan data dari SKK Migas, ada sekitar 22.600 pekerja langsung di sek­tor hulu. Ini belum termasuk di sektor hilir, seperti pengolahan, distribusi, pemasaran hingga lembaga penyalur, dan industry pendukung lainnya. Jika kita bicara tentang kendaraan listrik saja, ada sekitar 1,5 juta tenaga kerja dalam mata rantai industri otomotif saat ini, yang mungkin akan terdampak.

Baca juga : Top, Nicke Widyawati Raih Penghargaan Most Powerful Women 2022

Untuk itu, transisi energi harus disiapkan dengan me­mastikan kemampuan sumber daya manusia untuk mengako­modasi perubahan. Misalnya, transfer of knowledge, upskilling & workshop. Transisi tenaga kerja harus dipercepat sebagai upaya antisipasi dampak lang­sung mapun tidak langsung terhadap sektor tenaga kerja. Oleh karena itu, penting untuk melakukan perencanaan tenaga kerja strategis secara jangka panjang, menetapkan berbagai kebijakan dan peraturan untuk mendukung peningkatan keterampilan tenaga kerja yang inklusif untuk menghadapi tran­sisi energi.

Selain itu, kondisi geografis Indonesia, juga menjadi tan­tangan tersendiri. Konsep in­terkoneksi tidak tepat untuk diterapkan dalam proses transisi energi di dalam negeri, meng­ingat kondisi geografis. Konsep interkoneksi akan menjadikan proses transisi energi lebih ma­hal dan keandalan pasokan men­jadi tidak terjamin. Maka yang harus didorong, selain industri harus kita garap untuk transisi, kita juga harus membangun de­sentralisasi. Jadi kemandirian energi di daerah yang menggu­nakan sumber daya alam yang ada di daerah tersebut.

Bagaimana Pertamina mem­promosikan ketahanan energi Indonesia? Sementara pada saat yang sama mempercepat transisi…

Baca juga : Nicke Widyawati, Tokoh Ketahanan Energi Nasional

Terdapat lima aspek yang dibu­tuhkan dalam ketahanan energi. Yaitu Availability, Accessibility, Affordability, Acceptability, dan Sustainability. Dengan kelima aspek itu, energi fosil tetap ber­jalan paralel dengan program bauran energi. Sebagai catatan, Indonesia menargetkan kompo­sisi EBT pada tahun 2025 men­capai 23 persen dari total kapa­sitas terpasang, dan 31 persen pada 2050. Hari ini produk renewable energy di Pertamina masih 3 persen akan ditingkat­kan jadi 17 persen pada 2030. Saat ini, dominasi Indonesia sisanya dari fosil, yaitu BBM dan gas. Jadi Pertamina harus tetap menyediakannya, namun Pertamina memiliki program dekarbonisasi.

Transisi energi harus direncanakan dengan baik untuk memastikan keamanan energi dan aksesibilitas energi bagi se­luruh masyarakat tetap terjaga. Pertamina akan mempercepat transisi energi menuju penggu­naan energi yang berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau, serta mening­katkan ketahanan energi.

Pertamina terus berupaya me­maksimalkan kinerja operasi da­lam rangka menjaga ketahanan energi nasional. Capaian unggul operasional terlihat nyata di sektor hulu, Pertamina mampu meningkatkan produksi migas sebesar 965 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 850 MBOEPD.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.