BREAKING NEWS
 

India Kritis, Malaysia Gawat Darurat

Hai Para Pemudik, Mau Kaya Begitu?

Reporter & Editor :
APRIANTO
Kamis, 6 Mei 2021 07:30 WIB
Calon penumpang pesawat mengantre di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (5/5/2021). Ribuan pemudik diprediksi sudah naik pesawat sebelum larangan mudik diberlakukan hari ini. (Foto: ANTARA/Fauzan)

 Sebelumnya 
Stasiun dan bandara, tetap penuh sesak oleh pemudik. Bahkan, H-1 larangan mudik akan diberlakukan, sejumlah antrean di pintu masuk Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) masih panjang saja. Bisa sampai 15 meter. Meskipun space-nya masih lega. Kondisi serupa juga terjadi di terminal 3 Soetta. Meskipun bagian depan terlihat sepi, namun di counter check-in, atrean penumpang pesawat cukup panjang.

Sementara pemudik yang menggunakan bus juga tak sedikit. Terminal Pulo Gebang masih padat saja, kemarin. Meskipun tak seramai sehari sebelumnya. Namun, tetap saja ada penumpang yang sampai duduk di emperan karena tak kebagian kursi. Berbeda dengan di Terminal Kampung Rambutan yang mulai sepi, kemarin.

Sementara yang menggunakan jalur kereta api, tercatat ada sekitar 10 ribu penumpang yang dijadwalkan meninggalkan Jakarta, kemarin. 5 ribu dari Stasiun Pasar Senen, 5 ribu dari Stasiun Gambir.

Baca juga : Lebih Cepat Dari Target, PLN Berhasil Bangun Menara Darurat Di Pulau Timor NTT

Tingginya animo masyarakat untuk mudik, juga dibaca oleh pengelola jalan tol. PT Jasa Marga (Persero) memprediksi, ledakan kendaraan yang keluar Jakarta tetap akan terjadi meskipun larangan mudik berlaku sejak hari ini. Akan ada 593.185 kendaraan yang ke luar dari wilayah Jabodetabek pada 6-12 Mei 2021 atau H-7 sampai H-1 Lebaran.

“Kami juga memprediksi peningkatan volume pada masa pengetatan mudik yang jatuh pada hari Rabu, 5 Mei 2021, dengan jumlah 138.508 kendaraan yang meninggalkan Jabotabek,” ungkap Operation & Maintenance Management Group Head Jasa Marga Atika Dara Prahita, kemarin.

Masih tingginya jumlah warga yang nekat untuk mudik, bikin Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Munardo geram. Dia meminta kepala daerah kompak dengan kebijakan pemerintah pusat terkait larangan mudik. Menurutnya, bermodal dokumen negatif Covid-19 saja, tidak cukup untuk memastikan pemudik aman. Karena bisa saja terpapar virus di jalan. Apalagi yang tidak percaya Covid-19 masih banyak, mencapai 17 persen. “Tidak boleh ada pejabat manapun berbeda dari narasi pusat,” tegas Doni di Palembang, Sumatera Selatan, kemarin.

Baca juga : Sentil Korlantas Mau Perlancar Pemudik Sebelum 6 Mei, DPR: Bahasanya Jangan Gitu

Kekhawatiran yang sama juga disampaikan Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman. Menurutnya, momentum mudik berpeluang jadi trigger terjadinya skenario buruk pandemi Covid-19 di Indonesia.

“Kapannya tidak ada yang bisa memprediksi secara tepat, tapi prasyaratnya sudah sangat terpenuhi. Karena itu, kita jangan menantang maut. Siapapun itu, berkewajiban mencegahnya (mudik),” kata Dicky kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Ia mengingatkan, bagaimana tradisi mudik pernah dirasakan dampaknya ketika pandemi Flu Spanyol tahun 1918. Ketika Pulau Jawa yang ketika itu masih berpenduduk sekitar 30 juta jiwa di bawah kekuasaan Hindia-Belanda, juga menelan banyak korban. Ada peningkatan kematian signifikan setelah mobilitas mudik lebaran itu.

Baca juga : Cegah Terorisme, Masyarakat Harus Peka Lingkungan

“Akhirnya mengakibatkan kematian kurang lebih 1 juta orang di Jawa,” pungkasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense