BREAKING NEWS
 

Nyaris Jadi Korban Pemalakan Di Angkot

Reporter : HAIKAL AMIRULLAH
Editor : FITRIYANA YULIANTI
Senin, 12 April 2021 06:17 WIB
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Hidup di Ibu Kota harus ekstra waspada. Sebab kejahatan sering datang jika kita tak paham modus yang sering kali dilakukan oleh para penjahat.

Saya sendiri nyaris menjadi korban kejahatan di Angkutan Kota (Angkot). Saya masih ingat peristiwa ini terjadi sekitar Juni 2009.

Saya ingat betul kronologis peristiwa ini karena terjadi sehabis mengikuti kampanye Pilpres 2009. Dari bandara Soekarno Hatta, saya lalu naik bus tujuan Gambir dan turun di Slipi.

Rencananya dari Slipi, saya kemudian naik Angkot menuju kantor saya beralamat di Gedung Jawa Pos, Kebayoran Lama. Waktu itu memang sudah menjelang Maghrib, sekitar pukul 17.45. Saya kemudian naik angkot yang memang masih terbilang lengang. Di dalam terdapat sekitar 6 penumpang, dua di antaranya perempuan. Saya waktu itu duduk pas di pintu masuk sebelah kiri.

Baca juga : Risma: Yang Sabar Ya

Ketika kendaraan itu hendak berangkat, tiba-tiba saja ada tiga penumpang pria masuk ke dalam angkot. Bukannya mengisi tempat yang kosong, salah satunya malah meminta saya bergeser, sementara yang dua langsung duduk di belakang berhadap-hadapan.

Di sini perasaan saya sebenarnya sudah mulai tidak enak. Seperti akan terjadi sesuatu. Karena kondisi angkot memang cukup penuh, saya mencoba berpikiran positif saja. “Ya mudah-mudahan aman sampai di kantor,” doa saya dalam hati.

Waktu itu memang saya sudah was-was karena tengah membawa laptop dan duit yang cukup banyak di dompet. Maklum duit perjalanan dinas sehabis mengikuti kampanye Pilpres di Gorontalo, hehe. Sementara waktu itu sudah mulai agak malam.

Adsense

Awalnya sih normal-normal saja. Namun perasaan cemas saya akhirnya terbukti ketika angkot sudah melewati Pasar Palmerah. Tiba-tiba, tiga dari salah satu penumpang yang naik belakangan bercerita mengenai peristiwa malang yang diterima temannya.

Baca juga : BKPM Naik Kelas Jadi Kementerian, DPR: Investasi Harus Makin Moncer

Katanya, temannya saat ini sedang dirawat serius di Rumah Sakit. Dia harus menjalani rawat inap lantaran dihajar orang. “Wajahnya juga disileti Mas. Ini saya lagi mencari pelakunya Mas,” kata orang itu.

Cerita penumpang ini lalu mengingatkanku pada peristiwa pemalakan yang pernah dialami teman sebangku SMA di Makassar. Ceritanya sama persis.

Mengaku temannya masuk ke rumah sakit karena jadi korban pemukulan. Tapi ujung-ujungnya meminta duit. Spontan saya pun meminta supir angkot berhenti. “Kiri Pak”.

Belum sempat turun, salah satu penumpang yang duduk pas di depan saya mencoba menghentikan. “Jangan turun dulu Mas. Belum selesai ini,” cegah dia. “Rumah saya disini Bos. Pas samping kantor Polsek Palmerah,” balasku sembari menunjuk arah sebrang yang memang di lokasi tersebut ada kantor kepolisian.

Baca juga : Pulang Dari NTT, Risma Langsung Temui Korban Gempa Malang Dan Lumajang

Saya sendiri ingat betul kantor polisi tersebut karena pernah mencari berita di lokasi tersebut di awal-awal menjadi wartawan. “Mau ke rumah saya?,” ujarku.

Penumpang tersebut lalu membiarkan saya turun. Mungkin dia takut karena saya menyebut kantor kepolisian. “Alhamdulillah selamat,” gumam saya di dalam hati. Dari lokasi tersebut saya kemudian memutuskan untuk naik ojek menuju kantor.

Dari kejadian ini saya pun berkesimpulan bahwa pada dasarnya modus kejahatan sama. Tidak di Makassar, atau di Jakarta, aksinya sama. Tergantung bagaimana kewaspadaan kita. [Haikal Amirullah/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense