Dark/Light Mode

Cangkul Saja Impor

Presiden Marah, Warganet Marah

Kamis, 7 November 2019 07:38 WIB
Presiden Jokowi. (Foto: IG@jokowi)
Presiden Jokowi. (Foto: IG@jokowi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi marah melihat kenyataan impor kita masih sangat tinggi. Banyak sekali barang diimpor. Sampai cangkul alias pacul pun diimpor. Melihat Jokowi marah, warganet juga marah.

Kemarahan Jokowi itu terjadi saat membuka Rakornas Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2019, di JCC, Senayan, Jakarta, kemarin. Dalam pidatonya, Jokowi meminta agar barang produksi dalam negeri di prioritaskan. Kalau di dalam negeri bisa dibuat, jangan mengimpor.

“Misalnya urusan pacul, cangkul. Masa masih impor,” ucapnya, dengan nada kesal. Ia sempat menjeda beberapa saat pidatonya, sambil menatap hadiri. “Apakah tidak bisa industri UKM kita, ‘kamu buat pacul, tahun depan saya beli?’ Lho ini puluhan ribu, ratusan ribu cangkul, pacul yang dibutuhkan,” tegas Jokowi lagi.

Cangkul itu, kata Jokowi, baru satu item. Masih ribuan item barang lain yang masih diimpor dari negara lain.

Jokowi menyadari, impor lebih mudah. Harganya juga lebih murah daripada buatan lokal. Tapi, impor yang terlalu berlebihan justru akan berdampak buruk. Karena membuat defisit neraca perdagangan Indonesia membengkak.

Baca juga : Jokowi Heran Cangkul Saja Impor

Menilik data BPS, neraca perdagangan pada September 2019, Indonesia mengalami defisit sebesar 160 juta dolar AS. Angka ini memburuk dibanding bulan sebelumnya yang men catatkan surplus 85 juta dolar AS. Defisit ini terjadi karena kinerja ekspor turun, sedangkan impor meningkat.

Menilik data defisit transaksi berjalan (CAD) dari Bank Indonesia, per kuartal II-2019 mencapai 8,4 miliar dolar AS atau 3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). CAD itu membengkak 21 persen dibandingkan kuartal I-2019 yang sebesar 6,9 miliar dolar AS.

Dampak buruk lain, kata Jokowi, besarnya impor dapat melumpuhkan industri dalam negeri. Efeknya bisa merambat pada semakin minimnya penyediaan lapangan kerja. Jika merujuk pada dua dampak buruk itu, sudah seharusnya ada batasan agar untuk penyediaan barang dan jasa pemerintah dipasok dari dalam negeri. “Kok kita masih hobi impor ya. Uangnya pemerintah lagi, kebangetan banget,” sentil Jokowi.

Untuk menekan impor barang dan jasa, Jokowi meminta Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) dan Bappenas mendesain proses pengadaan barang dan jasa yang memprioritaskan produk UKM dalam negeri. Dengan hal itu, diharapkan bisa mendorong pengembangan UKM di Indonesia.

“Saya minta Kepala LKPP memprioritaskan produk dengan komponen lokal yang sangat tinggi, agar didahulukan. Persulit barang impar impor itu. Impar impor senangnya kita. Setop lah,” perintah Jokowi.

Baca juga : Presiden Tak Terbitkan Perppu, KPK Tak Masalah

Di media sosial, soal impar-impor juga jadi topik hangat. Banyak war naget ikutan marah. Sebab, sudah lama para pelaku UKM dalam negeri menjerit akibat gempuran barang impor.

“Pengrajin lokal sudah lama men jerit. Sayang Bapak baru ramaikan sekarang... tapi tak apa pak, lebih baik terlambat daripada tidak,” cuit @irvanrach.

“Petugas2 dibawah masih banyak yg main2,” ucap @pikpikpikmiup. “Yang impor siapa? Yang memberi izin impor siapa? Kebangetan banget!?” sentil @ovan_ghozali.

“Tidak usah heran harusnya... cangkul kan barangnya agak besar. Lah jarum pentul aja yang barangnya ke cil kita masih impor koq..,” timpal @infomitigasi.

Akun @fathurdoaibu kemudian memberi bocoran. Menurutnya beberapa perusahaan papan atas yang menyediakan perkakas dan peralatan rumah tangga, mayoritas produknya adalah impor.

Baca juga : SYL Rangkul Para Senior dan Mantan Mentan

“Di AC* hampir semua perkakas yang dijual juga impor tuh. Dari pisau, gergaji, golok, obeng, tong sampah, bohlam, sampai lap pel, mayoritas buatan china. Di INFOR** juga,” bebernya.

“Pak, timnya harus sering sering ngecek. Kalau cangkul saja import, apalagi yang lain! Padahal bisa buka lapangan kerja buat pandai besi kita,” saran @andarias_barus.

Akun@Weje09667293 punya pendapat beda. Dia malah mendukung impor. Sebab, menurutnya itu adalah konsekwensi ketika barang dalam negeri kalah saing. “Kalau harga bikinan lokal lebih mahal berlipat-lipat dari pada bikinan luar, lebih baik impor,” tulisnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.