Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pemikiran Siti Mariam Tajudin Al Ansori tentang Agama, Pendidikan, dan Kebangsaan

Rabu, 17 Agustus 2022 20:58 WIB
Tajudin Al Ansori dan Siti Mariam. (Foto: Istimewa)
Tajudin Al Ansori dan Siti Mariam. (Foto: Istimewa)

Pendidik dan guru di Yayasan Hidayatul Islam Purwakarta, Jawa Barat, Siti Mariam dan Tajudin Al Ansori, telah wafat. Meski begitu, pemikiran keduanya tentang agama, pendidikan, dan kebangsaan tetap diingat oleh masyarakat yang mengenalnya. Buat pemikiran keduanya terus dikenang.

Siti Mariam memiliki semangat gerakan sosial pembangunan pendidikan dilandasi semangat janji kemerdekaan Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Gerakan sosial pendidikan yang ia tekuni adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada anak-anak kampung untuk terus berkarya dan meraih cita-cita untuk menciptakan calon pemimpin yang memiliki pemahaman akar rumput (grass root understanding), budaya lokal (local culture), dan kompetensi global (global competence).

Menurut Siti Mariam, kemampuan dan penguasaan ilmu agama para lulusan madrasah memegang peranan penting dalam menentukan akhlak (moral) dan nilai-nilai agama (religious values) untuk masa depan mereka. Oleh karena itu, Siti Mariam berpendapat perlu dilakukan upaya-upaya yang secara terus menerus untuk menguatkan literasi pendidikan agama Islam di madrasah madrasah.

Baca juga : Bulan Bintang Tegaskan Sebagai Partai Moderat

Salah satu upayanya adalah melalui penguatan pendidikan agama Islam berbasis literasi di berbagai madrasah madrasah. Sehingga generasi ke depan memiliki kualitas literasi agama yang baik.

Sementara, Tajudin Al Ansori memandang pola hubungan kebangsan (state) dan agama (religion) bukan pola hubungan dikotomis yang saling meniadakan. Menurutnya, komponen bangsa dan agama adalah sumber kemajuan sebuah bangsa.

Islam bukan semata-mata ritual ibadah kepada Allah SWT. Tapi, Islam juga mengatur kaidah-kaidah dan konteks etika sosial (social ethics) dalam masyarakat. Karena itu, Islam mesti menjawab tantangan global, bangsa, dan negara, sekaligus menjadi solusi dalam kehidupan berbangsa dan negara.

Baca juga : Peneliti: Transformasi Digital Perlu Payung Hukum Perlindungan Konsumen

Wawasan peradaban Islam haruslah disinari dengan cita-cita perubahan dalam diri generasi penerus bangsa. Sehingga, Islam itu universal. Dalam konteks luas adalah menjadi landasan, jawaban, dan solusi berbagai masalah degradasi nilai nilai bangsa.

Menurut pemikiran Tajudin Al Ansori, Islam bukan hanya nasihat-nasihat agama yang bisa lepas begitu saja. Tetapi, Islam sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita bangsa dalam seluruh dimensi kehidupan manusia Indonesia dan membuka ruang dialektika di kancah peradaban tatanan dunia global (global civilization).■

Penulis: Alumni UIN Bandung, Alumni Hartford International University, PhD Candidate Dublin City University

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.