Dark/Light Mode

AIHII Bersama Prodi HI UNAS Bahas Foreign Policy Outlook 2024

Senin, 15 Januari 2024 23:44 WIB
Sesi tanya jawab dalam Seminar Nasional Foreign Policy Outlook 2024 melalui Zoom meeting, Jumat (12/1). (Foto: Istimewa)
Sesi tanya jawab dalam Seminar Nasional Foreign Policy Outlook 2024 melalui Zoom meeting, Jumat (12/1). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Implementasi politik luar negeri Indonesia merujuk pada sikap bebas aktif. Bebas dapat diartikan Indonesia sebagai state actor mempunyai hak untuk menentukan arah kebijakan, sikap, dan keinginannya sebagai negara yang berdaulat untuk memenuhi kebutuhannya. Implikasinya adalah Indonesia tidak dapat dipengaruhi kebijakan politik luar negeri negara lain. Sementara aktif diwujudkan pada ikut serta menjaga perdamaian dan keamanan dunia.

Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia tidak terlepas dari ancaman yang dihadapi dan pengaruh geopolitik global diantaranya adalah bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan lingkungan. Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) bekerja sama dengan Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Nasional (Unas) menggelar “Foreign Policy Outlook 2024”, Jumat (12/1).

Acara dibuka dengan opening speech dari Ketua Umum AIHII Agus Haryanto. Dia menyatakan, tantangan global pada 2024 akan semakin berat, ketidakpastian global dan kondisi geopolitik yang dinamis masih akan menjadi ciri dunia. Persaingan antara negara-negara besar juga akan semakin meningkat.

Baca juga : Anggota Komisi III Apresiasi Profesionalitas-Netralitas Polri Dalam Pemilu 2024

Agus menambahkan, kebijakan luar negeri merupakan serangkaian komponen yang nantinya bisa menjadi panduan bagi negara untuk berinteraksi dengan negara lain atau aktor non negara di lingkungan internasional yang harus dimonitoring dan dievaluasi agar bisa memberikan manfaat yang maksimal. Untuk itu, kajian foreign policy bukan hanya harus diketahui oleh para pemegang kekuasaan tetapi juga penting untuk masyarakat secara umum, terutama generasi muda.

Pembicara pertama adalah Prof Aleksius Djemadu dengan judul “Foreign Policy Outlook 2024: Menanti Ratifikasi Rakyat”. Prof Aleksius menggambarkan bahwa pada dasarnya politik luar negeri dapat dipahami sebagai ketercapaian kepentingan nasional di bawah kondisi yang dicirikan constraint domestic dan internasional sehingga meniscayakan upaya strategizing yang tepat.

Pembicara kedua Prof Sukawarsini Djelantik. Dia menekankan pada 3 aspek. Pertama, diplomasi ekonomi. Kedua, bidang keamanan yaitu peran yang lebih signifikan dalam isu-isu politik keamanan regional dan global. Ketiga, nilai. Implementasi prinsip politik luar negeri bebas-aktif, diversifikasi hubungan bilateral dan keseimbangan dalam hubungan luar-negeri.

Baca juga : Sinergi Bareng BRI, Elnusa Gelar Economic Business Outlook 2024

Siti Mutiah Setiawati sebagai pembicara terakhir menyatakan peluang dan tantangan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Peluang di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang membaik, adanya stabilitas politik dan kedudukan sebagai negara yang terpandang dalam ASEAN, APEC, OKI dan G20.

Sementara, tantangannya ada ema. Pertama, implementasi konsep Indonesia sebagai poros maritim dunia (negara kepulauan menjadi maritim). Kedua, penolakan Indonesia atas penerapan ADIZ (Air Defence Identification Zone) China, sementara Indonesia menerima tawaran investasi China di laut dalam rangka mewujudkan poros maritim.

Ketiga, masalah perbatasan yang belum terselesaikan dengan Malaysia, Timur Leste, Filipina, China dan Papua Nugini. Keempat, persiapan menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN. Kelima, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Keenam, penerapan prinsip politik luar negeri secara konsisten; bebas aktif, menjaga keutuhan NKRI, anti penjajahan dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Baca juga : Sah, AHY Resmi Dukung Prabowo Jadi Presiden Di Pemilu 2024

Seminar ditutup closing speech dari Irma Indrayani. Dia menyatakan agar pemikiran para guru besar dan akademisi hubungan internasional mengenai pro dan kontra pelaksanaan politik luar negeri Indonesia tidak berhenti sampai disini tetapi juga dapat dijadikan publikasi dan policy paper untuk rekomendasi kepada presiden mendatang.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.