Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Dirut BNI Royke Tumilaar Beberkan Strategi Hadapi Krisis

Ini Resep Jitu BNI Bertahan Di Pandemi

Jumat, 17 Desember 2021 06:45 WIB
Dirut BNI Royke Tumilaar (tengah) dalam program Muda Podcast RM. Host-nya, Ketua BUMN Muda yang juga Chief Digital Healthcare Officer PT Bio Farma Soleh Ayubi (kiri) dan Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara (kanan). (Foto: BUMN Muda)
Dirut BNI Royke Tumilaar (tengah) dalam program Muda Podcast RM. Host-nya, Ketua BUMN Muda yang juga Chief Digital Healthcare Officer PT Bio Farma Soleh Ayubi (kiri) dan Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara (kanan). (Foto: BUMN Muda)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Utama (Dirut) BNI Royke Tumilaar rupanya bankir bertangan dingin. Di saat pandemi, laba BNI justru bertambah. Bahkan, BNI kini masuk dalam deretan bank terbesar di Asia Tenggara dalam hal kapitalisasi pasar atau Largest Southeast Asian Banks by market capitalisation, sebagaimana dirilis Forbes tahun ini.

Apa resepnya? Royke menyebut, salah satunya, adalah melakukan transformasi. Berubah. “Transformasi harus dilakukan. Kalau tidak, kita ketinggalan. Dan jika ketinggalan, mengejarnya jauh banget. Saya bilang sama direksi. Kita jangan sampai paling belakang untuk recovery. Kita harus duluan. Kalau terlambat, nggak bisa ambil market share,” paparnya, blak-blakan, di program Muda Podcast yang tayang di kanal YouTube BUMN Muda tadi malam. Bincang seru ini juga tayang di kanal YouTube em>Rakyat Merdeka sore ini.

Baca juga : Kominfo Gandeng MUI Perkuat Strategi Pembelajaran Di Masa Pandemi

Menurut Royke, tidak ada teori atau rumus baku untuk menghadapi pandemi.

Meskipun ia sudah berpengalaman, pernah berkali-kali melewati krisis, yaitu tahun 1998 dan 2008. Pola krisis akibat pandemi, berbeda. Misalnya soal likuiditas. Karena lama berkecimpung di dunia perbankan, Royke paham betul, likuiditas adalah hal pertama yang harus diamankan ketika krisis dimulai. Jangan sampai terjadi shock likuiditas.

Baca juga : Nggak Bayar Utang, Hak Kredit Debitur BLBI Bakal Dibatasi

“Orang kalau mau duit, tapi duitnya nggak ada, maka orang bisa nggak percaya sama banknya,” jelas Royke.

Karenanya, likuiditas itu nomor satu, pikirnya di awal pandemi.

Baca juga : Lewat Kolaborasi, Sovlo Ubah Krisis Jadi Peluang Di Masa Pandemi

Untuk itu, dia jaga betul valuta asing dan rupiah agar tetap likuid. Namun siapa sangka, intuisi itu ternyata nggak cocok, saat menghadapi situasi krisis akibat pandemi sekarang.

“Lho, saya lihat ini beda nih. Kok berubah. Saat krisis 2008, finansial krisis, tiba-tiba Dolar lari. Wusss, keluar dari Indonesia,” kenangnya, sambil menggerakkan tangan, menggambarkan Dolar yang lari itu. Efeknya, kata dia, suku bunga naik, exchange rate naik.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.