Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menargetkan produksi nikel tahun ini sebesar 75 ribu ton. Target emiten berkode INCO ini menurun jika dibandingkan dengan capaian tahun lalu yaitu 74.806 ton.
Senior Manager Communications PT Vale Indonesia Bayu Aji mengatakan, target produksi 75 ribu ton pada tahun ini dianggap cukup realistis. Meski nyaris sama dari hasil produksi di sepanjang tahun lalu. Dia mengungkapkan, untuk saat ini perusahaan tidak bisa mematok target tinggi.
Hal itu disebabkan adanya kemungkinan pengurangan produksi nikel yang merupakan dampak dari rencana pemeliharaan. “PT Vale Indonesia masih memiliki target yang sama yaitu 75 ribu ton nikel. Target ini dikarenakan akan adanya pengurangan produksi, makanya targetnya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya,” ujar Bayu.
Baca juga : Saham Garuda Kena Getahnya
Produksi nikel dari PT Vale Indonesia diprediksi kuat akan mengalami penurunan. Bahkan, pada 2018, produksi nikel perusahaan gagal me- menuhi target revisi yang sudah diturunkan. Produksi nikel 2018 hanya 74.806 ton, atau di bawah target awal dan target revisi yang masing- masing sebesar 77 ribu ton dan 75 ribu ton.
Lebih lanjut dia menjelas- kan, pengurangan produksi merupakan dampak dari program pemeliharaan di wilayah perusahaan yang sedang dilakukan pemeliharaan. Untuk diketahui, perusahaan melaksanakan program penguatan tenaga listrik berasal dari bendungan yang dikelolanya.
“Target 75 ribu ton ini juga merupakan target revisi, karena yang sebelumnya mencapai 80 ribu ton. Faktor penurunannya adalah karena kanal yang dilakukan maintenance sehingga produksi menurun,” kata dia.
Baca juga : Taspen Kantongi Laba Rp 271 Miliar
Dijelaskan, ada satu dari tiga bendungan, tengah dilakukan maintenance. Dampaknya kata dia, tenaga listrik yang dihasilkan tidak sesuai. CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan, penurunan produksi pada tahun lalu dipengaruhi berbagai faktor.
Utamanya, terkait dampak pemeliharaan yang dilakukan sejak September 2018. Selain itu, kandungan rata-rata nikel hasil produksi pada 2018 ternyata lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. “Penurunan ini terutama didorong oleh kandungan rata- rata nikel yang lebih rendah pada tahun 2018, dan dampak dari kegiatan pemeliharaan yang tidak terencana pada pada triwulan ketiga 2018,” kata Nico.
Kurangi 20 Persen Perusahaan juga berencana mengurangi jumlah sahamnya atau divestasi sebanyak 20 persen kepada pemerintah. Nico Kanter mengaku, sudah mengirimkan surat kepada Kementerian ESDM terkait kesediaannya melakukan divestasi saham sebesar 20 persen pada Oktober 2019. “Kami masih menunggu respons dari pemerintah,” tuturnya.
Baca juga : Mandiri Investasi Ramal Bisnis Reksadana Meroket
Nico bilang, INCO baru melakukan penawaran jika sudah mendapatkan jawaban dari pemerintah terkait divestasi 20 persen saham. Karena itu, ia berharap, pemerintah bisa menjawab soal penunjukan badan usaha sebelum tenggat waktu pada Oktober 2019 mendatang.
Bahkan, sebelum tenggat waktu tersebut, INCO sudah bisa melakukan pembicaraan business to business (B to B) dengan badan usaha untuk melakukan divestasi. “Patokan memang (Oktober), tapi kan interpretasi beda-beda,” jelasnya. [JAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya