Dark/Light Mode

Gonjang-ganjing Harga Rawan Terjadi Hingga Mei

Lutfi Siapin Kebijakan Sikapi Kisruh Kedelai

Minggu, 20 Februari 2022 08:20 WIB
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi. (Foto:
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi. (Foto:

 Sebelumnya 
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin menerangkan, kenaikan harga kedelai sudah sangat memberatkan pengrajin tahu dan tempe. Makanya, mereka memutuskan akan melakukan mogok produksi dan mogok berjualan pada 21 hingga 23 Februari, sebagai bentuk protes.

“Sistem mogok kami ini bukan demo. Tapi kami hanya berhenti produksi selama tiga hari dan tidak jualan di pasaran. Sehingga tidak ada cerita turun ke jalan atau bentrok-bentrokan,” kata Aib dalam diskusi virtual di Jakarta, Kamis (17/2).

Aip menerangkan, akibat kenaikan harga kedelai yang terjadi sejak akhir tahun 2021, banyak pengrajin tahu dan tempe yang gulung tikar.

Baca juga : 7 Orang Yang Terjaring OTT Di Langkat Digiring Ke Markas KPK

Adapun pengrajin yang masih bertahan, terpaksa menyesuaikan harga dan ukuran tahu tempe dengan kenaikan harga kedelai saat ini.

“Kalau biasanya beli tempe di pasar Rp 5 ribu per potong, sekarang kami naikkan paling tinggi jadi Rp 6 ribu. Tidak seberapa sih kenaikannya, yang penting pengrajin bisa bertahan,” kata Aip.

Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mendorong Pemerintah memasukan kedelai sebagai komoditas strategis. Sehingga masalah ini tidak terus menghantui pengrajin tahu dan tempe setiap tahun.

Baca juga : Airlangga: UU Cipta Kerja Sudah Tingkatkan Investasi Dan Ciptakan Lapangan Kerja

“Dengan begitu, Pemerintah bisa melakukan pengamanan terkait produksi, distribusi dan harga di pasaran. Padahal di era Presiden Soeharto, kedelai sempat jadi komoditas strategis, tapi sekarang sudah tidak lagi,” kata Said kepada Rakyat Merdeka.

Dia menuturkan, Pemerintah harus melakukan penguatan produksi dalam negeri untuk menekan impor. Salah satunya dengan memastikan ketersediaan lahan, dukungan pupuk, hingga distribusi dan penanganan pasca panen supaya produksi kedelai bisa makin tinggi dan efisien.

“Dengan langkah ini, diharapkan kedelai lokal dapat bersaing dengan kedelai impor. Baik dari sisi harga maupun kontinuitas produksi,” sambungnya.

Baca juga : Jelang Tanding Lawan Afghanistan, Shin Tae-yong Yakin Kekuatan Skuad Garuda

Dan yang tidak kalah penting, ditekankan Said, perlunya kebijakan pembatasan impor untuk mendukung penguatan kedelai lokal. Misalnya melalui penerapan tarif impor yang tinggi, sehingga ada ruang bagi kedelai lokal untuk berkembang.

“Pengorganisasian pengrajin tahu dan tempe juga diperlukan supaya lebih mudah diorganisir dan dikembangkan,” pungkasnya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.