Dark/Light Mode

Suka Duka Pengemudi Truk

Minggu, 27 Februari 2022 19:21 WIB
Djoko Setijowarno (Foto: Istimewa)
Djoko Setijowarno (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Oleh: Djoko Setijowarno

Pengemudi truk menanggung beban sistem logistik yang salah. Tanggung jawab pemilik barang (pabrik) dibebankan pada pengemudi. Setiap terjadi kecelakaan lalu lintas, pengemudi dijadikan tersangka. Belum lagi masih suburnya pungli di sepanjang perjalanan aliran logistik. Tidak ada kaderisasi pengemudi truk dan minim bimbingan teknis. Jadikan pengemudi truk mitra, bukan tersangka. Kompetensi pengemudi truk ditingkatkan, pendapatan dinaikkan.

Saat ini, pengemudi truk sudah jarang yang membawa kernet. Dampaknya, regenerasi pengemudi truk terhambat alias tidak ada. Biasanya sopir belajar mengemudi ketika dia menjadi kernet, menggantikan sopir yang lelah. Namun, karena saat ini ongkos muat kembali ke angka di tahun 2000-an, sudah terlalu minim, maka perolehan bagi hasil antara pengemudi dengan pengusaha truk pun anjlok.

Baca juga : Kenaikan Cukai Rokok Kacaukan Pemulihan Ekonomi

Dulu pengemudi truk identik dengan banyak istri atau pacar. Bahkan, dulu jika terjadi persaingan antarpengemudi truk untuk mendapatkan wanita cantik di warung kopi, mereka berani berlomba memikat si wanita dengan berlomba-lomba berikan hadiah. Memberi hadiah sepeda motor atau perhiasan adalah hal yang jamak bagi para pengemudi truk. Saat ini, pengemudi truk jarang ada yang mau membawa kernet agar masih ada sisa uang yang bisa dibawa pulang untuk keluarganya.

Saat ini, sudah banyak pengemudi truk yang membawa istrinya untuk berperan sebagai tukang masak, tukang cuci, tukang pijit, dan tukang menghitung barang yang dimuat dan dibongkar. Perilaku pengemudi truk yang dulu sering menghiasi warung remang-remang berubah menjadi sering membawa istrinya sekarang ini adalah bukan karena alasan pertobatan atau agamis. Namun, lebih karena pengiritan, akibat tidak punya uang lagi.

Sebelum tahun 2000, pengusaha truk pun berani mengambil kredit armada truk baru jika memiliki sudah memiliki 1 truk lunas. Istilahnya, 1 menggendong 1. Akan tetapi, saat ini 3 armada truk lunas baru bisa menghidupi 1 armada truk kredit. Atau kredit truk dibayar dengan dana hasil kerja lainnya.

Jika mendapat kontrak mengangkut barang senilai Rp 5 juta, dibagi dua, Rp 2,5 juta buat sopir dan Rp 2,5 juta buat pemilik kendaraan. Namun, prosentase tidak harus fifty-fifty. Barang yang berpotensi dicuri, sopir (55 persen) dan pemilik truk (45 persen). Jika barang yang diangkut tergolong aman, pembagiannya sopir (45 persen) dan pemilik truk (55 persen).

Baca juga : Lagi Macet, Pengemudi Nonton Film Porno

Pengemudi truk menanggung pengeluaran untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM), tarif tol, makan dan minum, MCK, pungutan liar, petugas resmi, tilang, tarif parkir, pecah ban, dan berbagai retribusi lainnya. Sementara, pengusaha angkutan akan menanggung angsuran kredit kendaraan, penyusutan kendaraan, penggantian ban, oli dan suku cadang, stooring dan derek, perizinan dan surat menyurat.

Kalau ketahuan overload, maka pengemudi membayar tilang sebesar Rp 500 ribu. Tapi dia ingin muat overload agar ongkosnya tinggi dan secara otomatis bagi hasilnya juga tinggi. Jadi, sebenarnya tidak ada pengemudi truk yang terpaksa muat lebih. Itu pilihan pengusaha dan pengemudi. Akibat tekanan ongkos murah dari pemilik barang. Jika ongkos bagus dan muatan ringan, pengemudi dan pengusaha angkutan sama-sama happy. Karena sebenarnya yang dikejar itu nilai ongkosnya. Itulah suka duka pengemudi trul di Indonesia.

Kalau BBM irit, tidak harus lewat jalan tol (tarif tol mahal), tidak ada preman, tidak ada petugas menjahili, tarif parkir murah, tidak ada retribusi, maka berbahagialah sang pengemudi truk. Namun sebaliknya, jika penggunaan BBM boros, harus lewat jalan tol, banyak preman, banyak petugas jahil, tarif parkir mahal dan banyak retribusi, maka celakalah nasib pengemudi truk.

Selain mengakibatkan kaderisasi pengemudi truk jadi terhambat, banyaknya pengmudi truk yang tidak membawa pendamping atau kernet sama sekali juga menyebabkan tingginya angka kecelakaan tunggal. Sebab, waktu dan tenaga yang mestinya sopir gunakan untuk istirahat terpaksa dia gunakan untuk melakukan pekerjaan kernet. Biasanya, jika ada kernet, pengemudi bisa tidur saat bongkar dan muat barang. Tidak adanya kernet mengharuskan pengemudi harus melakukan penghitungan barang yang dibongkar dan dimuat. Mekanisme bongkar muat barang harus diperbaiki.

Baca juga : QNET Salurkan Bantuan Bagi Pengungsi Gunung Semeru

Pengemudi truk juga harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menutup barang muatan. Selain itu, masih juga harus melakukan perawatan kendaraan, seperti melakukan pengecekan tekanan angin dan bahkan melakukan bongkar dan pasang ban sendiri. Mestinya, sistem bongkar muat barang di Indonesia sudah memikirkan tanpa kernet.

Istirahat pengemudi pun jadi tidak relaks benar. Pasalnya, jika tidurnya terlalu lelap, ketika bangun bisa hilang semua barang bawaannya. Sering juga ketika ada sopir yang tertidur terlalu lelap di rest area Jalan Tol, muatan truk akan digerayangi oleh pencuri yang berada di situ atau barang muatannya dilubangi dan diambil oleh begal truk. Sekarang malah yang lebih populer lagi adalah pencurian speedometer, accu, dinamo, dan ban cadangan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.