Dark/Light Mode

5.200 PLTD Dikonversi Ke Pembangkit Berbasis EBT, Negara Bakal Lebih Irit

Rabu, 23 Maret 2022 16:06 WIB
Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif (kiri) dan Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo saat jumpa pers usai parade motor konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke listrik, di Yogyakarta, Rabu (23/3/2022). (Dok. Humas PLN)
Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif (kiri) dan Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo saat jumpa pers usai parade motor konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke listrik, di Yogyakarta, Rabu (23/3/2022). (Dok. Humas PLN)

 Sebelumnya 
Dengan konversi ke PLTS dan baterai, maka kapasitas terpasang di tahap pertama ini bisa mencapai sekitar 350 MW.

Sehingga bisa mendongkrak bauran energi terbarukan dan penambahan kapasitas terpasang pembangkit secara nasional.

Dalam tahap dua, PLN akan mengkonversi PLTD sisanya sekitar 338 MW dengan pembangkit EBT lainnya, sesuai dengan sumber daya alam yang menjadi unggulan di daerah tersebut dan keekonomian yang terbaik.

Darmawan juga menjelaskan proyek ini targetnya akan rampung pada 2026.

Baca juga : Puan: Diplomasi Parlemen Penting Jembatani Perbedaan Antar Negara

"Program dedieselisasi ini bisa menghemat 67 ribu kiloliter BBM. Selain itu, pengurangan emisi yang dicapai bisa mencapai 0,3 juta metrik ton CO2 dan meningkatkan 0,15 persen bauran energi," terangnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi, Darmawan meyakini biaya produksi pembangkit EBT di Indonesia bakal semakin kompetitif dibandingkan dengan pembangkit fosil.

Hal ini bisa dilihat dari terus turunnya harga PLTS dan baterai. Pada tahun 2015 harga PLTS dipatok 25 sen dolar AS per kilowatthour (kWh).

Namun saat ini, harga PLTS mampu ditekan berkisar 5,8 sen dolar AS per kWh, bahkan dengan tren saat ini dapat turun di bawah 4 sen dolar AS per kWh.

Baca juga : Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

Sedangkan untuk baterai hari ini harganya mencapai 13 sen dolar AS per kWh yang dulunya sempat di angka 50 sen dolar AS per kWh. Artinya, ada penurunan biaya hampir 80 persen.

"Perkembangan teknologi dan inovasi mampu menekan mengurangi harga dari pembangkit EBT. Ini menjawab dilema antara energi bersih tapi mahal atau energi kotor tapi murah. Ini bisa dijawab, bahwa dalam kurun waktu energi bersih dan murah bisa dicapai," tegas Darmawan.

Tak hanya konversi PLTD ke PLTS dan baterai, PLN juga telah bekerja sama dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk untuk melakukan konversi 33 PLTD menjadi berbasis gas, khususnya di wilayah terpencil.

"Beberapa PLTD yang tahun ini juga digarap bersama PGN mengganti PLTD menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU). Program gasifikasi ini menyasar daerah terpencil," ujar Darmawan.

Baca juga : Komnas HAM Duga Korban Tewas di Kerangkeng Bupati Langkat Lebih dari 3 Orang

Dalam Rencana Kerja dan Anggaran perusahaan (RKAP) PLN 2022, bauran energi dari pembangkit gas di akhir tahun direncanakan menjadi sebesar 18,76 persen dari 18,1 persen pada Februari 2022.

Penambahan ini masuk dari program dedieselisasi PLTD yang saat ini masih mendominasi di wilayah Nusa Tenggara dengan porsi 65 persen, serta Maluku dan Papua dengan porsi 85,9 persen. [FAZ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.