Dark/Light Mode

Gandeng Air Liquide

Pertamina Akan Gunakan Teknologi Tangkap Emisi

Jumat, 20 Mei 2022 07:30 WIB
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kiri) bersama President Director of PT Air Liquide Indonesia Marloes Moerman menandatangani joint study agreement (JSA) terkait kesepakatan kerja sama dalam pengembangan teknologi CCU di Unit Pengolahan Kilang Balikpapan, Selasa (17/5). (Foto: Dokumentasi Pertamina).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kiri) bersama President Director of PT Air Liquide Indonesia Marloes Moerman menandatangani joint study agreement (JSA) terkait kesepakatan kerja sama dalam pengembangan teknologi CCU di Unit Pengolahan Kilang Balikpapan, Selasa (17/5). (Foto: Dokumentasi Pertamina).

 Sebelumnya 
Perlu Insentif

Terpisah, Head Center of Food, Energy and Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menilai, progress EBT (Energi Baru Terbarukan) di Indonesia masih tertinggal dari negara lain. Bahkan secara bauran, turut tertinggal dari target yang ingin dicapai pada 2025, yaitu sebesar 23 persen.

Baca juga : Pertamina-Air Liquide Teken Kerja Sama Pengembangan Teknologi CCU Di Kilang Balikpapan

“Pemerintah serius mengajak masyarakat menggunakan energi ramah lingkungan. Mulai dari energi hijau sampai pengurangan efek rumah kaca. Namun sayang, belum semuanya bisa terpenuhi atau tersedia di Indonesia,” kata Abra kemarin kepada Rakyat Merdeka.

Untuk itu, tegas Abra, perlu komitmen dan upaya dari berbagai pihak dalam berkontribusi mewujudkan target Pemerintah. Dalam hal ini Pertamina, sambung Abra, sudah seharusnya menjadi garda terdepan dalam menyediakan sumber alternatif EBT bagi masyarakat.

Baca juga : Jelang Liga 1, Skuad Persib Jalani Tes Psikologis

Hal itu juga sebagai komitmen penuh Pertamina dalam penerapan aspek ESG. Salah satunya dengan memperbanyak model inovasi bisnis, serta mendorong kinerja keuangan perusahaan.

“Inovasi dari perusahaan negara sangat membantu Pemerintah mewujudkan target emisi net zero,” tegasnya.

Baca juga : Kapolri Senangkan Buruh

Abra pun menekankan, jika ingin mengakselerasi EBT, Pemerintah harus memberikan insentif pada sektor energi bersih ini. Sebab, imbuhnya, investasi pembangkit EBT masih tergolong mahal dibandingkan pembangkit batubara. Sehingga insentif yang diberikan tidak harus berupa fiskal.  

“Insentif non-fiskal seperti konsistensi regulasi juga perlu dimaksimalkan,” pungkasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.