Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ini 6 Usulan President University Perkuat Ekonomi Nasional

Senin, 6 Juni 2022 09:28 WIB
Webinar Economic and Social Development for a Resilient Indonesia. (Foto: Ist)
Webinar Economic and Social Development for a Resilient Indonesia. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dunia sedang menghadapi masalah besar secara bersamaan. Pertama, hampir seluruh negara di dunia menghadapi ancaman inflasi sebagai imbas dari pandemi Covid-19. Kedua, inflasi, dan ditambah dengan perang Rusia vs Ukraina, mengakibatkan perubahan struktur ekonomi dunia.

Dua masalah tersebut memiliki kerumitan sendiri, saling tumpang tindih, sehingga membuat dunia dalam beberapa tahun ke depan akan menghadapi tantangan yang serius.

Demikian materi yang dibahas dalam webinar Economic and Social Development for a Resilient Indonesia, pekan lalu. Hadir dalam webinar tersebut SD Darmono, founder President University (PresUniv) dan sekaligus Chairman Grup Jababeka, Rektor PresUniv Prof. Dr. Chairy dan segenap jajaran wakil rektor, para dekan, kepala program studi, dan para dosen serta segenap civitas academica PresUniv.

Baca juga : Ini Dia Komitmen Tiga Nol GoTo Untuk Ekonomi Hijau

Menghadapi masalah tersebut, tim dosen PresUniv memprediksi akan banyak negara yang memilih untuk bersikap konservatif dalam mengalokasikan anggaran belanjanya. “Meningkatnya inflasi pada hampir seluruh negara di dunia membuat otoritas moneter negara-negara tersebut akan mengambil kebijakan untuk bertahan dari badai krisis yang bisa menjadi sangat parah. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis,” demikian ditegaskan Chairy, ketika memaparkan beberapa kesimpulan penting dari webinar tersebut.

Dosen-dosen PresUniv, sebagaimana dipaparkan oleh Chairy, mengusulkan enam langkah strategis. Pertama, untuk memperoleh dana, termasuk devisa, guna pembiayaan pembangunan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah perlu terus mendorong ekspor. Hanya yang diekspor bukan lagi barang mentah, tetapi produk olahan atau barang jadi, yang nilai tambahnya lebih tinggi. 

“Dengan cara seperti ini, pemerintah dapat sekaligus mendorong tumbuhnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang bersifat inovatif dan kreatif, sehingga membuat perekonomian Indonesia menjadi lebih sustainable,” ujarnya.

Baca juga : DPR: Kementan Berkontribusi Positif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Dalam konteks ini, perguruan tinggi juga bisa memberikan kontribusi untuk perbaikan ekonomi Indonesia. Melalui kolaborasi dengan kalangan korporasi, perguruan tinggi dapat melakukan berbagai riset dan inovasi untuk mengolah barang mentah menjadi barang olahan atau barang jadi.

Momentum ini sekaligus juga bisa dimanfaatkan pemerintah untuk mendorong lahirnya entrepreneur-entrepeneur baru dari lingkungan perguruan tinggi. Untuk itu, tim dosen PresUniv mengusulkan agar pemerintah menurunkan tarif pajak bagi perusahaan-perusahaan rintisan (startup companies), baik itu berupa PPN atau PPh. Ini agar generasi milenial dan generasi Z tertarik memulai bisnis baru, terutama bisnis-bisnis yang berbasis inovasi dan kreativitas.

Selain itu, tim dosen PresUniv juga mengusulkan agar pemerintah bisa mengalokasikan kredit dengan suku bunga rendah bagi perusahaan-perusahaan rintisan, termasuk yang rintisannya berangkat dari universitas. Ini penting agar perusahaan-perusahaan rintisan tersebut tidak lagi mengandalkan pendanaannya dari berbagai skema pembiayaan yang bersuku bunga tinggi, seperti peer to peer lending atau pinjaman tanpa agunan, dan sebagainya.

Baca juga : Waspada Bahaya Stagflasi, Pemerintah Dorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Beli

Untuk mendorong munculnya produk-produk kreatif dan berbasis inovasi, Pemerintah juga bisa meningkatkan alokasi dana riset bagi perguruan tinggi. Dengan dana tersebut, perguruan tinggi dapat melakukan riset sendiri, atau melakukan riset bersama universitas lain. “Ekonomi masa depan adalah ekonomi yang berbasis riset dan inovasi,” tegas Chairy.

Kedua, penggunaan produk dan jasa dalam negeri untuk mengurangi impor bahan baku dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk sektor-sektor yang sudah dapat ditangani oleh SDM Indonesia, penggunaan tenaga asing perlu dibatasi atau bahkan dilarang. Melalui penggunaan produk dan jasa dalam negeri, Indonesia dapat lebih menghemat devisa.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.