Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kunker Airlangga Ke Jepang Diharapkan Bawa Investor Proyek EBT

Rabu, 27 Juli 2022 07:19 WIB
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan/Ist
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan berharap kunjungan kerja (kunker) Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto ke Jepang, mampu membawa investasi di bidang energi baru dan terbarukan.

"Indonesia tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan dari negara lain, ataupun investasi dari negara lain," kata Mamit di Jakarta, Selasa (26/7).

Seperti diketahu, Airlangga melakukan pertemuan dengan Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Nobumitsu Hayashi, Senin (25/7). Pertemuan tersebut membahas sejumlah proyek JBIC di Indonesia.

Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan, JBIC memiliki spesialisasi. Salah satunya pembiayaan di sektor energi. 

“Beberapa proyek infrastruktur utama seperti Pembangkit Listrik Tanjung Jati-B, Jawa 1 danpembangkit panas bumi Sarula dan Muara Laboh, serta proyek LNG Tangguh. Proyek-proyek ini menyediakan sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi Indonesia,” ujar Airlangga.

Baca juga : Dubes Jepang Kasih Penghargaan Kepada Penggemar Jalan Kaki

Pemerintah Indonesia berkomitmen mencapai target pencapaian Net Zero Emission (NZE) di 2060. Untuk itu, pemerintah melakukan sejumlah terobosan transisi energi yang lebih bersih dan juga berkelanjutan. 

Mamit mengatakan, meski saat ini Rancangan Undang Undang tentang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBT) masih belum disahkan, kunjungan tersebut diharapkan mampu membuktikan keseriusan pemerintah dalam transisi konsumsi energi fosil ke EBT.

Mamit berharap, kunjungan tersebut juga membuka peluang kerja sama di bidang nuklir, pengembangan panel surya, panas bumi, ataupun tenaga angin.

"Meski saat ini kita masih menunggu Undang-Undang EBT, tapi paling tidak bagaimana kita bisa mengundang dan meyakinkan investor dalam proses ini. Dan Indonesia sangat menyambut baik," tuturnya.

Kendati demikian, Mamit menekankan pentingnya kerja sama dengan negara mana pun, sejauh Indonesia tidak hanya menjadi pemasok bahan baku dan menjadi konsumen. Jika demikian, Indonesia akan dirugikan karena menjual bahan baku dengan harga murah dan membeli barang jadi dengan harga lebih mahal.

Baca juga : Aktivis Buruh Nilai Kinerja Airlangga Hartarto Dirasakan Masyarakat

Dengan adanya investor, Indonesia bisa menjadi produsen dan juga memberikan kontribusi lebih. Sehingga multiplier effect (efek ganda) dari EBT ini benar-benar terlihat.

“Karena selama ini kalau kita kerja sama dengan China, lebih banyak investasi di bahan baku. Kirim ke sana untuk diolah, terus dijual lagi ke Indonesia," ungkapnya.

Dorong EBT

Analis energi dari lembaga pemikir iklim dan energi, Achmed Shahram Edianto menyatakan, terkait kerja sama dan pembiayaan oleh Jepang, dia mendorong pemerintah lebih mendetailkan jenis proyek dan mendorong pengembangan energi terbarukan. 

“Pemerintah lebih mendorong tidak hanya teknologi yang mengurangi karbon tetapi mendorong pengembangan energi terbarukan. Ini sesuai dengan komitmen Jepang, yang menghentikan pembiayaan pembangkit listrik batu bara, dan mendukung transisi energi,” ujar pria yang sedang kuliah di Universitas Tohoku, Sendai, Jepang ini.

Baca juga : Terapkan UU Terorisme Dong

Selain Jepang, China juga tengah jor-joran membiayai proyek hijau yang berfokus pada pengembangan energi terbarukan. Baik Jepang dan China memiliki keahlian sendiri dan juga dana melimpah yang bisa digunakan untuk proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia. 

“Pendanaan Jepang banyak di geothermal. China kuat di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA). Sebagai negara, kita mau mencari pendampingan teknikal, ekspertise dari masing-masing negara,” kata Achmed. 

Dari beberapa proyek yang disampaikan Airlangga, beberapa di antaranya dianggap cocok. Yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sarulla dan Muara Laboh.

“Momentum pemerintah sedang bagus, sudah ada komitmen. Dalam konteks meminta asistensi, komitmen pemerintah Indonesia mencapai NZE, untuk energi terbarukan sudah sesuai,“ tandas Achmed.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.