Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Cadangan Minyak Bumi Menipis, RI Kudu Cepat Manfaatkan EBT

Jumat, 12 Agustus 2022 23:34 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Cadangan minyak bumi nasional makin menipis. Indonesia kudu percepat pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) atau energi hijau. Indonesia menyatakan kesiapannya mewujudkan target penurunan emisi sesuai tercantum dalam Paris Agreement.

Salah satu usaha yang dilakukan melalui peningkatan penggunaan sumber EBT. Senior Vice President Research Technology and Innovation PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengatakan, Pertamina ikut berkontribusi untuk mendukung upaya EBT.

Pertamina telah menambah bauran energi hijau untuk listrik yang pertama memanfaatkan panas bumi yang sangat potensial dari 23,76 gigawatt (GW).

"Kami sedang mengejar kapasitas kami. Jadi saat ini kapasitas terpasang di Pertamina Geothermal Energy (PGE) itu 672 megawatt kami sedang berusaha mengejarnya lebih 1.100 megawatt," kata Oki dalam diskusi bertajuk Kemerdekaan Energi di Tengah Krisis Global, yang digelar INDOPOS.CO.ID dan INDOPOSCO, di Aston Kartika Grogol Jakarta, dikutip Jumat (12/8).

Baca juga : Dongkrak Ekonomi Riil, BRI Perkuat Transformasi Digital

Pengamat Energi yang juga Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mempertanyakan komitmen pemerintah melaksanakan percepatan pengembangan energi baru terbarukan. Sebab, pembahasan hal tersebut bukan baru kali pertama digaungkan.

"Kalau pemerintah tidak punya komitmen untuk mengembangkan EBT ini hanya cerita saja, dari tahun ke tahun," tuturnya.

Ketika harga fosil meningkat, cerita ini selalu menarik diangkat. Dia bilang saat tahun 2005 ketika harga fosil naik signifikan. Tahun 2009 pembahasan EBT luar biasa intens. "Tapi ketika sudah melandai, itu hilang kembali," tambahnya.

Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengatakan, bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam dianggap menjadi masalah serius. Sebab menimbulkan banyak dampak negatif bagi kehidupan di bumi.

Baca juga : Bupati Kerinci: Tantangan Zulhas Jadi Mendag Cukup Berat, Mari Kita Doakan

Maka itu, Indonesia harus segera masuk ke energi baru terbarukan (EBT) karena memiliki potensi cukup besar. Langkah yang diambil pemerintah sosialisasi mendapat dukungan masyarakat.

“Indonesia harus masuk energi baru terbarukan. Energi fosil problemnya sangat serius. Fosil terdiri dari minyak, gas dan batu bara keberadaanya sangat terbatas,” tuturnya.

Cadangan minyak Indonesia terus menipis setiap tahunnya. Pada tahun 2021, data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat cadangan minyak Indonesia sebesar 3,95 miliar barel.

Cadangan itu menyisakan waktu 10 tahun. "Minyak sangat rentan dengan fluktuasi politik dunia,” ujar Sugeng.

Baca juga : Usahawan Muda Sukses Bisnis Susu Berkualitas Ekspor

Saat ini semua negara Anggota G20 telah menetapkan target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050-2070 tergantung pada kondisi ekonomi, sosial, energi, dan kemampuan teknologi dimiliki masing-masing negara. Indonesia sendiri menetapkan NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat apabila ada dukungan internasional.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.