Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tidak Naik Bikin APBN Jebol, Naik Rakyat Miskin Menjerit

BBM Buah Simalakama

Senin, 15 Agustus 2022 07:48 WIB
Petugas SPBU melayani pemilik mobil yang mengisi BBM. (Foto: Patra/RM)
Petugas SPBU melayani pemilik mobil yang mengisi BBM. (Foto: Patra/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menghadapi harga minyak dunia yang melonjak, Pemerintah seperti dihadapkan pada buah simalakama. Kalau harga BBM dinaikkan, maka rakyat miskin akan menjerit lantaran harga sembako pasti akan ikutan naik. Namun, kalau harga BBM tidak dinaikkan, APBN bisa jebol untuk membayar subsidi.

Biang kerok melonjaknya harga minyak dunia, tak lepas dari perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung berakhir. Sejak Februari lalu, harga minyak mentah naik turun di kisaran 100 dolar AS per barel. Angka ini jauh di atas target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu 63 dolar AS per barel.

Kenaikan ini, tentu saja bikin pemerintah kelimpungan. Meskipun harga minyak dunia naik, harga jual BBM di dalam negeri tetap sama. Akibatnya, subsidi yang harus dikeluarkan negara dari APBN terus membengkak. Untuk tahun ini saja, kocek negara yang dikeluarkan untuk menutupi subsidi BBM mencapai Rp 502 triliun.

Baca juga : Menpora Seperti Disodori Buah Simalakama Nih...

Besarnya anggaran subsidi yang dikeluarkan negara ini, bikin Presiden Jokowi gusar. Berulang kali, eks Gubernur DKI Jakarta itu menyampaikan kegusarannya soal tingginya subsidi BBM. Pernyataan Jokowi itu kemudian dijadikan sinyal bahwa pemerintah berencana akan menaikkan harga BBM.

Sebenarnya, sejak April lalu, Pemerintah sudah memberi sinyal akan menaikkan harga BBM. Alasannya, kalau harga BBM tidak disesuaikan dengan harga keekonomiannya, APBN bisa jebol. Pertamina yang mendapat penugasan menyalurkan BBM bersubsidi pun bisa ambruk karena menanggung selisih harga yang sangat besar.

Saat ini, harga BBM jenis Pertalite sebesar Rp 14 ribu per liter. Sementara Pertamina menjual dengan harga hampir setengahnya. Kendati demikian, pemerintah belum berani juga menaikkan harga BBM.

Baca juga : Erick Bikin Nyaman Rakyat Miskin

Kini, setelah subsidi kian membengkak dan Jokowi menyatakan kegusaran, wacana kenaikan harga BBM kembali berhembus. Teranyar, disampaikan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Kata dia, harga minyak mentah saat ini di kisaran 99,6 dolar AS per barel. Bahlil mengingatkan, kalau harga minyak mentah naik misalnya ke Rp 105 dolar AS per barel, maka harus ada tambahan subsidi sampai Rp 600 triliun. Jika ini terjadi, APBN pun akan jebol.

"Jadi tolong teman-teman sampaikan juga kepada rakyat, rasa-rasanya sih untuk menahan terus harga BBM seperti sekarang, feeling saya (tidak kuat). Ini tidak sehat. Mohon pengertian baiknya. (Jadi) harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," kata Bahlil, Jumat lalu.

Bagaimana tanggapan Pertamina? Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menyatakan, pihaknya menyerahkan semuanya kepada Pemerintah. "Untuk harga BBM Subsidi merupakan kewenangan dari Pemerintah. Kami sebagai operator akan melaksanakan apa yang menjadi penugasan dari Regulator," kata Irto, kemarin.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.