Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kuliner menjerit dengan tingginya harga telur. Masalah itu mengancam keberlangsungan usaha mereka.
Berdasarkan data situs web Informasi Pangan Jakarta pada Jumat (26/8), harga telur di pasar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) rata-rata di kisaran Rp 31.143 per kilogram (kg). Harga tertinggi di Pasar Pluit, Rp 33.000 per kg dan terendah di Pasar Rawamangun, Rp 28.000 per kg.
Harga telur mulai merangkak naik pasca Hari Raya Idul Fitri. Pedagang kuliner harus putar otak agar usaha tetap bisa berjalan.
Baca juga : Menteri Siti Berharap Negara G20 Capai Kesepakatan Aksi Penyelamatan Bumi
Pengusaha warkop di Penggilingan, Jakarta Timur, Ali mengaku, hingga kini dirinya tidak menaikkan harga jual mie rebus meski harga telur terus naik.
“Agar bisa tetap jual mie rebus Rp 10 ribu per porsi, saya beli telur yang ukurannya kecil-kecil. Saya nggak mau naikkan harga, nanti pelanggan bisa kabur,” kata Ali kepada Rakyat Merdeka.
Ali berharap, harga telur bisa segera turun. Karena, tingginya harga telur membuat keuntungan para pedagang kuliner berkurang.
Baca juga : Muzani: Ganti Pancasila, Berhadapan Dengan Seluruh Rakyat Indonesia
Tak hanya pedagang, ibu rumah tangga juga menjerit. Sumiati, atau yang akrab disapa Titi (42), warga Margamulya, Bekasi Utara itu mengaku harus pintar-pintar mengelola masakan.
“Sebelum harga tinggi, saya biasa bikin telur bulat dengan cabe, kesukaan anak-anak. Sekarang, karena harganya tinggi, saya lebih sering bikin telur dadar, karena hasilnya bisa lebih banyak,” kata Titi.
Dua Minggu Lagi Normal
Baca juga : SIM Keliling Bekasi, Hari Ini Digelar Di Metropolitan Mall
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menargetkan harga telur ayam ras dapat kembali normal dalam dua pekan ke depan. Pemerintah, sedang berupaya menstabilkan permintaan dan meningkatkan produksi.
“Saya sudah laporkan ke Pak Presiden, naiknya harga telur karena melonjaknya permintaan, sementara suplai atau produksi tidak memadai. Mudah-mudahan paling lambat dua minggu sudah normal,” kata Zulhas di Jakarta, Kamis (25/8).
Diterangkannya, salah satu faktor penyebab meningkatnya permintaan telur imbas realisasi program bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat. Salah satu bantuan itu berisi telur ayam.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya