Dark/Light Mode

Wujudkan Carbon Zero Neutral 2060

Indonesia Power Terus Kembangkan Pembangkit Energi Baru Terbarukan

Jumat, 16 September 2022 16:50 WIB
PLTA Plengan. (Dok. Indonesia Powe)
PLTA Plengan. (Dok. Indonesia Powe)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia Power (IP) yang merupakan anak usaha PT PLN (Persero) terus mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT). Hal ini dilakukan sebagai wujud komitmen korporasi untuk menyatukan visi dan misi Pemerintah dalam mencapai bauran EBT dan komitmen dunia yaitu Net Zero Emission 2060.

“Bersamaan dengan Momentum G20 Indonesia Presidency 2022, Momen 100 Tahun EBT IP dan HUT 27 IP ini menjadi kesempatan kami menunjukkan Praktik Transisi Energi menuju Carbon Zero Neutral 2060. Dan sekaligus menjadi spirit dalam Pengembangan Pembangkit EBT 100 Tahun ke depan (Second Curve of Opportunity for Growth and Sustainability),” tutur Direktur Utama Indonesia Power, M. Ahsin Sidqi saat mengisi acara Seminar HUT IP ke 27 “100 Tahun PLTA Plengan” dan juga Launching buku berjudul 100 Tahun EBT.

Untuk diketahui, Indonesia sebenarnya sudah memiliki pembangkit EBT berbasis air (hydropower) sejak jaman Belanda.

Pemerintahan kolonial Belanda waktu itu telah mulai membangun pembangkit listrik untuk mengaliri listrik di perkebunan dan pabrik teh yang mereka kuasai di wilayah Jawa Barat.

Baca juga : Kemitraan Strategis, Kunci Indonesia Jadi Negara Terbesar Pengembang Panas Bumi

Salah satunya, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Plengan yang dibangun pada awal 1900-an, dan mulai dioperasikan pada tahun 1922.

Artinya, konsep renewable energy atau energi baru terbarukan itu sebenarnya sudah ada sejak ratusan tahun lalu yang dibawa oleh penjajah Belanda ke Indonesia, yang waktu itu belum mengenal listrik terbarukan. Pemerintah Joko Widodo pun kian agresif mengembangkan sejumlah pembangkit yang ramah lingkungan.

Di sektor ini, Indonesia Power telah berperan banyak dalam perkembangan kelistrikan EBT di Indonesia.

Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero), Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, transisi energi menuju Net Zero Emission 2060 menjadi sebuah keharusan untuk menjawab tantangan Global Warming akibat Emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Baca juga : SAS Institute Dorong Pengembangan Energi Baru Terbarukan

PLN Group telah merealisasikan Program Pengembangan Pembangkit EBT sebesar 20.9 Giga Watt (GW) atau telah mencapai 51,6 persen dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.

"Dengan memaksimalkan kemampuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan potensi ini harus ditangkap dengan Sinergi Industri Manufaktur Dalam Negeri,” ujar Wiluyo.

Dijelaskan, penggunaan Biomassa untuk Program Cofiring PLTU Batubara Existing juga dilakukan untuk meningkatkan Bauran EBT.

Dengan diperhatikannya faktor kunci dalam suksesnya program Cofiring Biomassa, yaitu pengamanan Supply Chain Biomassa dalam Jangka Panjang dengan mengedepankan pemanfaatan Waste to Energy.

Baca juga : Sylviana Jempolin Tidore Kepulauan Kembangkan Wisata Bahari

Dalam mendukung Program Transisi Energi, PLN telah Menyusun Roadmap untuk mencapai Net Zero Emission 2060, salah satunya dengan mengembangkan Pembangkit EBT.

"Sesuai RUPTL 2021-2030, PLN akan mengembangkan pembangkit EBT meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Air, Matahari, Panas Bumi hingga tenaga Angin," tegasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.