Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terus Menunjukkan Tren Positif

Senin, 19 September 2022 21:16 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Ist
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, tren positif pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut di tengah upaya menjaga momentum pemulihan ekonomi.

“Tren Inflasi berbagai negara di dunia mengalami kenaikan signifikan akibat krisis pangan dan energi,” ujar Airlangga, Senin (19/9).

Amerika Serikat turun ke 8,3 persen, Uni Eropa 9 persen, Inggris 10 persen, dan Jerman 7,9 persen. Sedangkan Indonesia pada Juli 2022 masih 4,69 persen.

Ketua Umum Partai Golkar itu juga mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan tren positif. Terlihat dari tingkat kemiskinan dan pengangguran menurun, diiringi situasi sosial masyarakat membaik.

Menurut Airlangga, neraca perdagangan surplus 28 bulan berturut-turut, dan ini menunjukkan Indonesia dalam penanganan ekonominya berada dalam jalur yang tepat.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan, dengan capaian kuartal II tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpeluang di atas 5 persen.

Baca juga : Lewat Kerja Sama IMT-GT, Pembangunan Ekonomi Kawasan Terus Ditingkatkan

"Kami masih prediksi ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 5,17 persen," ujarnya.

Faisal mengungkapkan, surplus perdagangan lebih besar dari perkiraan. Bahkan terbesar dalam empat bulan. Surplus perdagangan Indonesia pada 22 Agustus menjadi 5,76 miliar dolar AS.

Pada delapan bulan pertama tahun ini, neraca perdagangan mencatat surplus 34,92 miliar dolar AS. Lebih besar dari surplus pada periode sama 2021 sebesar 20,71 miliar dolar AS.

"Kami masih melihat surplus perdagangan cenderung menyempit. Kami berharap, impor dapat mengimbangi ekspor seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik," terangnya.

Faisal juga mengungkapkan, perekonomian Indonesia tumbuh lebih kuat daripada yang diperkirakan pada semester I tahun 2022. Hal itu dipengaruhi aktivitas produksi dan konsumsi kuat.

"Ini berarti, permintaan impor bahan baku dan barang modal akan lebih kuat mengikuti," tambahnya.

Baca juga : West Mall Grand Indonesia Kebakaran, Pengunjung Dievakuasi

Faisal mencatat, neraca transaksi berjalan 2022 berpotensi mencatat surplus 0,00 - 0,45 persen dari PDB (vs 0,28 persen dari PDB pada 2021), yang mampu menjaga cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar rupiah.

Selain itu, upaya pemerintah dan Bank Indonesia menerapkan kembali sanksi bagi eksportir yang tidak menempatkan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di dalam negeri, dapat semakin mendukung stabilitas tersebut.

Jaga Inflasi

Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya mengatakan, Indonesia tidak akan masuk resesi. Namun, akan sulit mempertahankan target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.

“Agak berat, katakan tren positif tetapi agak sulit dipertahankan, tetapi bukan resesi ya. Saya tidak bilang resesi, untuk di atas 5 persen lagi akan sulit. Belum kita bicara kemiskinan, karena kalau bicara inflasi, biasanya meningkatkan kemiskinan,” kata Berly, Senin (19/9).

Konflik geo politik antara Ukraina-Rusia diperkirakan akan terus memanas, sehingga memberi ketidakpastian harga energi.

Baca juga : Ketum ReJO: Indonesia Butuh Kesatria Bukan Sengkuni

“Geo politik ketidakpastian akan meningkat, sehingga harga dan inflasi dorongan akan makin tinggi dalam enam bulan ke depan, trennya meningkat,“ sebut Berly.

Kemudian, dampak dari harga kenaikan BBM akan terasa belakangan, mempengaruhi inflasi. Tugas besar pemerintah menjaga harga kebutuhan pokok dan juga transportasi. Kalau inflasi tinggi, maka Bank Indonesia harus ikut menaikkan suku bunga.

“Kalau inflasi tinggi, nilai rupiah secara real turun. Kalau selisih terlalu jauh dengan dolar atau euro, capital outflow rupiah bakal melemah. Bank Indonesia terpaksa menaikkan suku bunga,” jelas Berly.

Salah satu penopang perekonomian Indonesia adalah ekspor. Namun, pendapatan negara dari perdagangan pasti akan berkurang jika negara adidaya mengalami perlambatan.

“Kita lihat tahun ini, sumber pertumbuhan yang besar adalah ekspor. Kalau daya beli barat berkurang, maka ekspor berkurang dan pertumbuhan kita bisa terpengaruh,“ kata Berly.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.