Dark/Light Mode

Era Bunga Kredit Tinggi

Himbara Wait And See

Minggu, 16 Oktober 2022 07:30 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. (Foto: Antara).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. (Foto: Antara).

RM.id  Rakyat Merdeka - Secara berturut-turut, Bank Indonesia (BI) dalam dua kali Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (repo rate) hingga menyentuh 4,25 persen pada September 2022, dari level terendahnya di angka 3,5 persen.

Kenaikan bunga acuan BI ini dipastikan akan langsung berimbas kepada kenaikan suku bunga kredit perbankan.

Kendati begitu, sebenarnya kondisi ini tidak hanya berlaku di dalam negeri. Karena era bunga tinggi juga terjadi secara global. Tak heran, hal tersebut dikhawatirkan bakal mengganggu target penyaluran kredit hingga ekonomi nasional.

Baca juga : Normalisasi Kali Krukut Terhenti Karena Pembebasan Lahan Mandek

Direktur Riset (Center of Reform on Economics) Core Indonesia Piter Abdullah mengatakan, kenaikan suku bunga acuan sesungguhnya tidak perlu dikhawatirkan akan berdampak besar menghambat pertumbuhan ekonomi.

“Pertama, suku bunga acuan BI walaupun naik, masih dalam level rendah bila dibandingkan historisnya. Kedua, kenaikan ini tidak banyak mengubah suku bunga kredit,” tegas Piter kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dikatakan Piter, selama ini suku bunga kredit memang tidak banyak turun ketika suku bunga acuan BI turun hingga level terendah 3,5 persen.

Baca juga : Fadel Sayangkan Penelitian Perguruan Tinggi Banyak Belum Dimanfaatkan

Dampaknya, perbankan akan mengikuti kebijakan baru dengan kenaikan suku bunga. Tapi perlu diingat, posisi likuiditas perbankan sekarang ini masih berlimpah, meski tidak merata. Sehingga perbankan kecil dengan likuiditas menipis, sudah pasti akan mengerek bunga kredit.

“Kenaikan suku bunga DPK (Dana Pihak Ketiga) serta kredit diperkirakan akan berawal dari bank kecil,” sebut Piter.

Dia menggarisbawahi, dalam menaikkan suku bunga simpanan dan pinjaman, perbankan cenderung melihat pada kenaikan suku bunga acuan. Adapun tingkat bunga penjaminan menjadi salah satu faktor tambahan.

Baca juga : Kehadiran Bunda Literasi Tingkatkan Kecakapan Hidup Masyarakat

Namun, salah satu strategi atau upaya agar bank tetap efisien dengan sebanyak-banyaknya mengumpulkan CASA (Current Account Saving Account). CASA merupakan jenis DPK dengan bunga yang sangat rendah mendekati nol persen.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.