Dark/Light Mode

Tanggapi Gugatan Uni Eropa Ke WTO

Energy Watch: Bukti Ketergantungan Dunia Terhadap Industri Baterai Indonesia

Minggu, 18 Desember 2022 19:13 WIB
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan. (Foto: Ist)
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, gugatan Uni Eropa di World Trade Organization (WTO) terhadap nikel Indonesia merupakan respon dari kekhawatiran Benua Eropa terhadap perkembangan industri baterai Tanah Air.

Menurutnya, cadangan nikel yang dimiliki Indonesia merupakan yang terbesar. Sehingga wajar, negara-negara lain bergantung terhadap pasokan dari dalam negeri. Pasalnya, nikel merupakan komponen utama pembuatan baterai.

“Kalau secara ekosistem betul memang karena kita kan negara penghasil nikel terbesar dan dimana saat ini nikel masih menjadi barang utama yang sebagai barang utama pembuatan baterai,” ujar Mamit, Minggu (18/12).

Baca juga : Top 50 Business Coach Terbaik Dunia Ternyata Asal Indonesia

Mamit mengatakan, langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memerintahkan untuk terus melanjutkan hilirisasi serta menghentikan ekspor nikel meskipun dalam kondisi kalah di WTO membuat negara Eropa dalam keadaan sulit.

“Lewat hilirisasi ini ekosistem baterai Indonesia negara lain berharap kepada Indonesia. Betul sekali makanya mereka menggugat kita ke WTO, mereka kan dalam kesulitan ini,” ucapnya.

Selain itu, Mamit mengatakan kesempatan banding yang dimiliki Indonesia di WTO harus dioptimalkan. Sehingga, Indonesia bisa memaksimalkan bahan mentah untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, memberikan multiplier effect bagi bangsa dan negara.

Baca juga : Puji Langkah Jokowi Ajukan Banding, Energy Watch: Lanjutkan Hilirisasi

“Saya pada prinsipnya sudah berkali kali saya sampaikan kita masih punya kesempatan untuk melakukan banding dan yang kedua bahwa ini adalah sumber daya alam milik kita sudah sepatutnya terserah kita mengelolanya seperti apa tidak usah takut,” ucapnya.

Mamit menegaskan, nikel merupakan salah satu adalah sumber daya alam Indonesia yang sudah saatnya menghentikan secara besar besaran bahan mentah tambah ke Uni Eropa.

“Kalau memang Uni Eropa mau memiliki ataupun mendapatkan nikel kita bangunlah smelter disini investasi disini,” tegasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.