Dark/Light Mode

Net Zero Emission Tujuan Peralihan Penggunaan Kendaraan Umum Bertransisi Energi

Kamis, 29 Desember 2022 22:35 WIB
Bus Listrik. (Foto: Hyundai Motor Group).
Bus Listrik. (Foto: Hyundai Motor Group).

Dunia penuh akan hiruk pikuk kehidupan. Tahun ini, populasi dunia menyentuh angka hampir di delapan miliar orang. Angka yang luar biasa fantastis untuk mengoyak bumi ini secara tak langsung. Manusia berpijak di atas bumi ini, di sinilah mereka juga kita tinggal dan melangsungkan kehidupan. 

Tapi, pernah kah bertanya bagaimana bumi ini sendiri hidup? Saya pun selaku mahasiswa semakin berpikir ketika diberikan sebuah petuah oleh dosen saya seperti: “bumi sebenarnya bisa pulih dengan sendirinya”. Artinya bumi tidak perlu kita? Tidak sepenuhnya benar, tapi memang dapat dikatakan kita yang menjadikan bumi sebagai rumah justru ikut berperan terhadap kerusakan bumi itu sendiri. 

Hal itu akibat tingkah kita yang kadang acuh tak acuh terhadap kata ‘keberlanjutan’. Orientasi penggunaan sesuatu hanya berfokus pada kepuasaan saat ini saja, tanpa tahu akibat ke depannya. Hal sederhana adalah penggunaan bahan bakar tidak ramah lingkungan pada kendaraan bermotor terkhususnya di Indonesia. Bertambahnya penduduk di Indonesia linear dengan angka kepemilikan kendaraan bermotor pribadi. Secara tidak langsung hal tersebut bermakna bahwa penduduk meningkat maka polusi juga meningkat.

Net Zero Emission adalah sebuah komitmen yang baru baru ini melejit sebagai sebuah harapan Indonesia bahkan dunia untuk lebih baik lagi dalam hal ‘merawat bumi’. Net Zero Emission atau nol emisi karbon adalah kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi. Secara umum, hal yang bisa dilakukan adalah dengan transisi energi baik di bidang apapun itu. 

Baca juga : Unas Terima Program Insentif Pengabdian Masyarakat Terintegrasi MBKM

Di sini penulis ingin lebih memfokuskan terhadap bidang transportasi, hal tersebut yang menjadi alasan mengapa penulis mengambil contoh kendaraan bermotor. Mengingat dampak polusi kendaraan bermotor berada di posisi ‘papan atas’ dalam hal menyumbang emisi, Hal tersebut sejalan dengan apa yang tertera dalam laman website Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di mana sektor transportasi adalah sumber pencemaran yang utama di wilayah perkotaan. 

Emisi kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 70 persen terhadap pencemaran Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2) dan Partikulat (PM) di wilayah perkotaan. Emisi inilah yang merusak lapisan atmosfer yang kemudian bertanggung jawab atas perubahan iklim besar-besaran saat ini.

Dari hal di atas serta analisis penulis melalui sumber pendukung lainnya, penulis berpandangan bahwa akibat kuantitas kendaaran pribadi yang terlalu ekstrem menyebabkan kadar polusi pun ikut meningkat. Melalui sebuah sumber penelitian menyoroti penyumbang pencemaran terbesar di Indonesia yaitu oleh kendaraan bermotor. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (hingga 2013), telah terjadi lonjakan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat, khususnya oleh pertambahan sepeda motor (pribadi), yang mencapai 30%. Sekitar lebih kurang 70% terdistribusi di daerah perkotaan. 

Selain itu, kendaraan umum memang kurang diminati keberadaannya oleh masyarakat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 pengguna kendaraan pribadinya sebesar yakni 83,76%, sedangkan pengguna kendaraan umum 11,81%. Sementara untuk skala provinsi seperti di Jawa Barat misalnya, pada 2020 ada lebih banyak pekerja komuter pengguna transportasi umum dengan persentase hampir 56%. Sedangkan pengguna kendaraan pribadi 39,76%. Adapun proporsi pekerja komuter pengguna kendaraan pribadi paling besar tercatat di Bali, yakni mencapai 88,22% pada 2020. 

Baca juga : Pras Dan Nuri Taher Komit Perkuat Peran Majelis Amanah Persatuan Kaum Betawi

Selain kurangnya minat, memang pada dasarnya kendaraan umum jumlahnya tidak cukup memadai untuk memenuhi permintaan populasi yang membludak. Sebagai contoh menurut berita detik.com, jumlah angkutan umum di Bandung, Jawa Barat setiap tahun terus mengalami penurunan. Namun di sisi lain, berkurangnya transportasi massal ini malah memicu bertambahnya kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat. 

Jumlah angkutan umum pada 2019 tercatat mencapai 13.610 unit. Sedangkan, jumlah kendaraan pribadi tembus hingga angkat 1.715.940 unit. Ditambah lagi fasilitas pendukung transportasi atau kendaraan umum masih sangat kurang diperhatikan. 

Saya mendeskripsikan apa yang menjadi alasan saya secara pribadi enggan naik kendaraan umum dalam hal ini adalah bus umum, yaitu: kurang banyaknya titik check point (titik henti sementara) atau rute yang kurang lengkap sehingga terkadang tidak bisa sekali jalan, halte yang kurang memadai di beberapa titik hentinya, kurangnya keteraturan jadwal, dan terkadang demi mengejar jadwal, banyak supir yang ugal-ugalan. Serta, hal terakhir yang penulis amati adalah kurangnya niat untuk memajukan kendaraan umum yang bertransisi energi. 

Saya selaku penulis sering melihat tertempel sebuah tulisan pada sebuah bus umum yang berbunyi semacam “clean & green energy” lantas dibarengi dengan asap kendaraan yang ia keluarkan melalui knalpotnya. Hal yang amat bertolak belakang dan membuat hati ini geram.

Baca juga : Kerek Ekonomi Syariah, BPKH Beri Penghargaan Ke Bank Mitra

Saya amat menyarankan bahwa hal semacam di atas mampu untuk dihentikan atau minimal dikurangi. Pemerintah harus mengambil langkah tegah dalam menyusun regulasi yang ada, bagaimana sebaiknya kendaraan pribadi dibatasi keberadaannya, serta bagaimana kendaraan umum sebaiknya. Kemudian, di prioritaskan dari segi pengadaannya, pengaturan atau skema rutenyaenyediaan SDM yang layak dalam pengelolaannya, mengatur fasilitasnya agar mencukupi, sekaligus menjadikan kendaraan umum tersebut kendaraan yang memang clean energy melalui transisi energi yaitu dengan penggunaan sistem listrik dalam menjalankannya atau disebut elitrifikasi kendaraan. 

Masyarakat juga harus mampu memiliki pola piker yang mampu berpandangan kedepan, dengan masyarakat mau membatasi atau menahan ego mereka dalam memiliki kendaraan pribadi, lantas menggunakan kendaraan umum adalah sebuah kunci untuk mencapai Net Zero Emission sesuai dengan rencana sehingga NZE bukan lagi harapan semata, tetapi adalah sebuah tujuan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.