Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kerek Populasi Kendaraan Listrik, Pemerintah Diminta Contek Thailand

Rabu, 8 Maret 2023 11:30 WIB
Wakil Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FBUI) Khoirunurrofik. (Foto: Ist)
Wakil Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FBUI) Khoirunurrofik. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah diminta untuk belajar ke Thailand yang berhasil meningkatkan populasi kendaraan listrik. Salah satu yang dilakukan Negeri Gajah Putih itu membuka semua teknologi kendaraan listrik. Tidak hanya ke teknologi Battery Electric Vehicle (BEV) saja.

Hal tersebut dikatakan Wakil Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FBUI), Khoirunurrofik pada acara seminar nasional 100 Tahun Industri Otomotif Indonesia yang mengusung tema “Percepatan Pengembangan Industri dan Ekosistem Baterai di Indonesia Menuju Populasi Elektrifikasi”, di Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (7/3).

Menurut dia, berdasarkan dari Counterpoint Global Passenger di kuartal III-2022 dalam konteks Electric Vehicle (EV) Thailand memimpin 59 persen dan Indonesia 25,2 persen. Jumlah tersebut adalah jumlah EV secara keseluruhan.

“Memang secara data EV yang di Thailand itu dominan adalah hybird. Dari situ bisa kita lihat bagaimana pergerakan bahwa kenaikan hybird itu luar biasa di Thailand,” bebernya.

Baca juga : Dorong Peningkatan Kualitas SDM Pesantren, Pemerintah Alokasikan Dana Rp 250 M

Menurut dia, dalam mempercepat populasi kendaraan listrik, Thailand tidak langsung ke Battery Electric Vehicle (BEV) atau listrik full. Mereka mengembangkan Hybrid Electric Vehicle (HEV) dulu karena masih kombinasi mesin bensin dan baterai listrik. Mereka ingin masyarakat lebih dulu merasakan sendiri teknologi hybrid yang hemat BBM sampai lebih ramah lingkungan.

“Sehingga setelah mereka rasakan keuntungan pakai kendaraan listrik, barulah menggenjot masyarakat untuk masuk ke BEV.  Saya rasa ini contoh yang cukup baik untuk kita pelajari bagaimana mengedukasi masyarakat terkait kendaraan listrik,” katanya.

Menurut dia, BEV memang mobil yang paling kecil kontribusi emisinya bahkan 100 persen bisa mengurangi. Namun, jangan lupa ada teknologi lain yang juga berkontribusi dalam reduksi emisi. “Ini hanya mengingatkan kita terhadap pengurangan emisi sebenarnya tidak ada single teknologi yang bisa diadopsi, tapi multi teknologi. Dan, Thailand sudah memberikan contoh,” bebernya.

Menurut dia, dengan dibukanya semua teknologi juga akan memberikan pilihan kepada konsumen. Apalagi, konsumen Indonesia juga masih sensitif soal harga.

Baca juga : Toyota Dorong Pengembangan Industri Dan Ekosistem Baterai

Berdasarkan hasil riset LPEM FB UI tahun 2022 kepada 1.000 responden, diketahui 70 persen memiliki keinginan punya kendaraan listrik. Namun mereka ingin belinya 1-4 tahun lagi.

“Kenapa? Karena mereka masih menunggu ketersediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), guaranty, kemudian harga,” katanya.

Mereka yang ingin memiliki kendaraan listrik, sebagian sudah memiliki kendaraan listrik. Perlu dicatat yang dimaksud punya kendaraan listrik ini termasuk yang punya mobil hybird. “Pengalaman mereka itu memberikan rasa nyaman, kemudian mereka punya ketertarikan memiliki mobil listrik yang lain,” katanya. 

Selain itu, tingginya jumlah populasi kendaraan listrik di Thailand juga dipengaruhi oleh banyaknya SPKLU. Tingginya jumlah SPKLU di sana karena banyak pemain yang masuk. 

Baca juga : Bikin Logistik Lancar, INSA Dorong Pembentukan Coast Guard

“Sedangkan di Indonesia sampai saat ini baru ada sekitar 400. Ini sangat penting, SPKLU ini sebagai bagian dari pembangunan ekosistem yang akan mendorong interest dari konsumen,” katanya.

Dia juga memberikan apresiasi kepada pemerintah yang memberikan subsidi untuk kendaraan listrik, baik roda dua maupun roda empat. Namun, kata dia, fakta di negara lain terlihat bahwa pilihan antara subsidi dengan pembebasan pajak itu lebih efektif pembebasan pajak.

Menurut dia, biasanya subsidi itu memberikan dampak di awal saja, tapi pertanyaannya apakah itu akan substain terus menerus. Apalagi ada sedikit kendalan dari segi input. Misalnya kelangkaan dari baterainya.

Terakhir, yang perlu didorong adalah bagaimana instansi pemerintah memberi contoh penggunaan kendaraan listrik.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.